Selasa 20 Feb 2024 20:53 WIB

KPPS yang Meninggal Dunia di Bandung Bertambah Jadi Dua Orang

Anggota KPPS, Eri meninggal dunia sekitar pukul 16.30 WIB

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Petugas KPPS membantu warga
Foto: Abdan Syakura
Petugas KPPS membantu warga

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kota Bandung yang meninggal dunia bertambah menjadi dua orang. Setelah Ketua KPPS Pasirwangi Jajang Safaat meninggal, anggota KPPS TPS 25 Jatisari yang meninggal lainnya yaitu Eri Fajar Nugraha.

Informasi yang dihimpun, Eri meninggal dunia sekitar pukul 16.30 WIB. Jenazah sudah berada di rumah duka di Jalan Kawaluyaan Bandung. "Iya betul," ujar Ketua KPU Kota Bandung Wenti Frihadianti saat dikonfirmasi, Selasa (20/2/2024).

Baca Juga

Sebelumnya, Jajang Safaat Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 18 Pasirwangi, Ujungberung, Kota Bandung meninggal dunia, Jumat (16/2/2024) akibat kelelahan. Almarhum telah dimakamkan di pemakaman keluarga, Sabtu (17/2/2024).

Sandy Wijaya anak pertama almarhum mengungkapkan H-1 pencoblosan ayahnya tengah sakit. Namun, karena memiliki tanggung jawab sebagai ketua KPPS, almarhumah tetap bekerja sebagai KPPS. "Lagi sakit, karena tanggung jawab sebagai ketua mau gimana lagi. Ke pos (ngecek) balik lagi ke rumah istirahat," kata Sandy, Sabtu (17/2/2024).

Baginya, kata dia, sosok ayahnya bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan. Meski sudah menyelesaikan kegiatan pencoblosan hingga penghitungan suara tetap mengecek perkembangan.

Sandy menuturkan ayahnya mengalami kelelahan disamping telat makan dan minum saat hari pencoblosan. "Kelelahan, telat makan dan minum," katanya.

Juju Juariah adik Jajang mengatakan almarhum sempat pulang saat penghitungan suara karena kondisi kesehatan yang kelelahan dan mengalami sesak. Selanjutnya, Kamis (15/2/2024) dibawa ke dokter umum untuk diperiksa dan diberi obat.

Namun, kondisi Jajang belum pulih. Hingga pada Jumat (16/2/2024) dirujuk ke Rumah Sakit Al Islam dengan keadaan tensi rendah dan detak jantung yang berdetak cepat.

Juju mengatakan kondisi Jajang semakin memburuk bahkan dokter sempat menggunakan alat pacu jantung. Namun, nyawa kakaknya tersebut tidak dapat tertolong. "Ini udah takdirnya udah menerima dengan ikhlas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement