Jumat 31 May 2024 11:01 WIB

Kasus Kekeraan Perempuan dan Anak di Cirebon Memprihatinkan, Pelaku Orang Terdekat

Pada 2023 lalu, ada 55 kasus dengan rincian korban 25 orang dewasa dan 30 anak-anak.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Kekerasan pada anak (ilustrasi).
Foto: wikipedia
Kekerasan pada anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--- Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Cirebon cukup memprihatinkan. Bahkan, tak jarang pelaku kekerasan merupakan orang terdekat korban.

Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB) Kota Cirebon, sejak awal tahun 2024 sudah ada delapan kasus yang sudah masuk dan sedang dilakukan penanganan dan pendampingan. 

Baca Juga

Sedangkan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Cirebon pada 2022, mencapai 63 kasus, dimana korban terdiri dari korban orang dewasa 35 orang dan anak-anak 28 orang. Pada 2023 lalu, ada 55 kasus, dengan rincian korban 25 orang dewasa dan 30 anak-anak. 

Kepala DPPPAPPKB Kota Cirebon, Suwarso Budi Winarno mengatakan, untuk kasus yang terjadi sejak awal tahun 2024, pelakunya merupakan orang terdekat korban, termasuk guru dan teman sebayanya. ‘’Progres pendampingan dan penanganan masih berjalan. Bekerja sama dengan stakeholder yang ada. Namun yang utama adalah pendampingan karena dampak psikologis bagi korban bisa menjadikan dia trauma,’’ kata Budi, Kamis (30/5/2024).

Budi mencontohkan, salah satu kasus yang sudah dilakukan pendampingan adalah kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang guru SD terhadap muridnya. Dalam kasus tersebut, korban yang masih polos mau diajak dan meminta mainan stiker jerawat. ‘’Sangat tidak masuk akal. Tetapi apapun alasannya, selama dibawah umur, itu pelanggaran. Hal itu terjadi biasanya karena kecanduan pornografi,’’ katanya.

Budi menambahkan, penurunan angka kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan merupakan salah satu program prioritas instansinya. Kasus tersebut memerlukan perhatian lebih dalam penanganan dan pendampingan. ‘’Banyak kasus yang dialami anak dan perempuan sehingga kami ingin mengajak seluruh pihak terkait bisa bekerja sama. Tidak hanya pemerintah, tetapi peran orang tua, guru dan lingkungan juga harus bisa mendukung,’’ katanya.

Perihal penanganan dan pengungkapan kasus, kata Budi, pihaknya sudah memiliki Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak. Satgas itu tersebar di seluruh kecamatan di Kota Cirebon. ‘’Mereka akan melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan pemetaan terkait persoalan agar tim tidak salah dalam bertindak,’’ katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement