Jumat 05 Jul 2024 09:09 WIB

Fenomena Hujan Es di Depok, BKMG Ungkap Penyebabnya

Hujan es tersebut diiringi dengan hujan deras disertai angin kencang.

Hujan es di Kota Depok (ilustrasi). Wilayang Sawayang, Kota Depok, Jawa Barat diterjang hujan es.
Foto: Istimewa/Tangkapan Layar
Hujan es di Kota Depok (ilustrasi). Wilayang Sawayang, Kota Depok, Jawa Barat diterjang hujan es.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Hujan es terjadi di Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024). Padahal saat ini sudah memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun mengungkapkan faktor pemicu terjadinya hujan es di kota tetangga Jakarta tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan fenomena hujan es dilaporkan melanda wilayah Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok. Hujan es tersebut diiringi dengan hujan deras disertai angin kencang.

"Berdasarkan analisis tim meteorologi BMKG, fenomena tersebut disebabkan adanya awan Cumulunimbus (CB) yang terbentuk akibat daya angkat atau konvektif yang cukup kuat di wilayah Sawangan dan sekitarnya," kata dia di Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Guswanto menjelaskan, fenomena tersebut sebelumnya diawali dengan kondensasi uap air yang teramat dingin melewati atmosfer di lapisan atas level beku sehingga dengan demikian es yang terbentuk umumnya memiliki ukuran besar. Kemudian pada saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat maka terjadilah hujan. Hanya saja terkadang tidak semua es akan mencair sempurna sehingga menjadikannya hujan es, karena suhu puncak awan CB mencapai minus 80 derajat Celcius.

Menurut dia, dinamika atmosfer skala regional-global yang cukup signifikan juga menjadi faktor pendorong hujan meski status saat ini sudah masuk musim kemarau. Misalnya seperti aktifnya aktivitas fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa. "Bahkan juga di Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua," ujar Guswanto.

Namun terlepas masih adanya potensi hujan itu, Guswanto tetap mengingatkan masyarakat jangan sampai mengindahkan bahaya kekeringan ketika musim kemarau yang puncaknya diprakirakan jatuh pada dasarian II Juli--September 2024. "Jadi alangkah baiknya hujan yang masih ada ini dimanfaatkan untuk menabung air supaya memiliki cadangan saat puncak musim kemarau melanda wilayah kita nantinya," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement