Kamis 01 Aug 2024 20:01 WIB

Pasien Cuci Darah Anak di Jabar Tahun Ini Capai 77 Orang

Tidak semua rumah sakit melayani pelayanan pasien cuci darah

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Paramedis menata mesin pencuci darah di Eka Hospital  Kota Harapan Indah Bekasi , Jawa Barat
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Paramedis menata mesin pencuci darah di Eka Hospital  Kota Harapan Indah Bekasi , Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat melaporkan terdapat 125 orang anak di 27 kabupaten dan kota yang menjalani kegiatan cuci darah pada tahun 2023 lalu. Sedangkan pada tahun 2024 hingga bulan Juli baru mencapai 77 orang pasien anak.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jawa Barat Rochady Hendra mengatakan pasien anak harus menjalani cuci darah disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Mereka menjalani cuci darah di rumah sakit daerah atau rumah sakit rujukan seperti RSHS Bandung. "Kasus anak yang perlu dihemodialisis di Jawa Barat tahun 2023 sekitar 125 anak, dan 2024 sampai Juli ini 77 anak," ucap dia, Kamis (1/8/2024).

Baca Juga

Rochady mengatakan, data tersebut diperoleh dari kabupaten dan kota di Jawa Barat. Ia menyebutkan bahwa tidak semua rumah sakit melayani pelayanan pasien cuci darah.

Ia menuturkan hemodialisis merupakan terapi untuk pasien yang mengalami masalah gagal ginjal baik itu akut hingga kronis. Rochady pun mengingatkan tentang efek samping dari penggunaan obat terhadap ginjal.

Selain itu, dehidrasi berat membuat cairan tidak masuk ke ginjal dan akhirnya merusak ginjal. Sedangkan dampak yang disebabkan meminum minuman manis yaitu diabetes mellitus dan berujung pada kerusakan ginjal.

Pihaknya mendorong agar kesehatan anak dikontrol secara rutin. Termasuk menyangkut kegemukan. "Jangan menganggap bahwa gemuk itu sehat, obesitas itu akan menyebabkan kecenderungan gangguan bab," kata dia.

Sebelumnya, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengungkapkan pola hidup dan pola makan yang salah yang berkepanjangan dapat memicu risiko tiga penyakit yaitu ginjal kronik, diabetes mellitus dan hipertensi. Salah satunya yaitu mengkonsumsi minuman manis dan mengkonsumsi garam secara berkepanjangan serta junk food.

"Apabila kita pola makan yang salah, pola hidup yang salah dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit berisiko penyakit ginjal kronik, hipertensi, diabetes mellitus itu adalah penyakit orang dewasa," ucap Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Prof Dany Hilmanto belum lama ini.

Ia pun ingin meluruskan terkait kasus penyakit ginjal kronik yang terjadi di kalangan anak-anak dipicu bukan karena banyak mengkonsumsi minuman manis atau konsumsi garam berlebih. Namun, kasus penyakit ginjal kronik pada anak disebabkan kelainan struktur saluran kencing dan kemih.

Selain itu, penyakit ginjal kronik pada anak terjadi karena kondisi autoimun yang penyebabnya belum dapat diketahui. "Paling penting adalah yang menjadi mis persepsi di masyarakat sehingga orang mengatakan kenapa ini banyak makan manis banyak makan garam bisa mengakibatkan cuci darah sebetulnya tidak demikan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement