Selasa 06 Aug 2024 11:12 WIB

Kemarau, Jabar Antisipasi Serangan Hama Wereng dan Tikus di Wilayah Pantura

Selain hama wereng, tikus mulai banyak menyerang tanaman pertanian

Lahan pertanian (Ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Hasrul Said
Lahan pertanian (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Musim kemarau, dampaknya mulai dirasakan oleh petani di wilayah Pantura (Indramayu, Cirebon, Subang, Majalengka). Oleh karena itu, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTH) Provinsi Jawa Barat mulai mewaspadai adanya potensi gagal panen di wilayah Pantura.

Menurut Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan DTPH Jabar Yanti Hidyatun Zakiah, pihaknya mulai melakukan antisipasi dengan melakukan pengendalian bersama para petugas dilapangan. Pemantauan, terutama dilakukan pada daerah yang diprediksi akan banyak hama penyakit.

Baca Juga

"Kami bersama-sama petugas lapangan melakukan pemantauan dan antisipasi terhadap daerah-daerah yang memang diprediksi berpotensi banyak hama penyakit tanaman seperti daerah Pantura," ujar Yanti kepada wartawan, Selasa (6/8/2024).

Selain hama wereng, kata Yanti, tikus mulai banyak menyerang tanaman pertanian hingga ke lokasi tempat panen. Sehingga, DPTH Jawa Barat mulai melakukan pemantauan langsung di lapangan. Selain itu, pihaknya pun melakukan monitoring laporan kejadian kekeringan secara berkala. "Jadi, kita bisa secepatnya melakukan mitigasi penanganan dan lebih cepat," katanya.

Yanti mengatakan, musim kemarau tidak hanya membuat kekeringan di wilayah pertanian warga. Serangan hama wereng dan penyakit lainnya juga berpotensi membuat tanaman pangan mengalami gagal panen.

"Di musim kemarau ini tanaman pangan rawan terhadap hama dan penyakit tanaman. Biasanya banyak penyakit tanaman seperti hama wareng coklat dan tikus," kata Yanti.

Pemprov Jabar, kata dia, memberikan rekomendasi terhadap petani agar bisa menggubakan benih tanaman yang tahan terhadap kondisi kekeringan. Saat ini, Banyak sekali varietas yang bisa ditanam di kondisi kering seperti (benih) inpago 5, 8, 9, 10, 11 kemudian benih fortiz, 12, 13, inpago 39, inpari 40, 41, 46 dan varietas lokal lainnya. "Itu sangat membantu benih-benih yang tahan kekeringan," katanya.

Yanti memastikan akan selalu memantau kondisi iklim harian sebagai langkah antisipasi dini di daerah rawan kekeringan. "Kita juga melakukan pemetaan daerah rawan kekeringan memantau kondisi ikli yang bersumber dari data BMKG dan itu bisa kita akses melalui website BMKG oleh UPTD kita di BPTH," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement