Jumat 06 Sep 2024 20:55 WIB

Mengintip Budidaya Burung Puyuh di Indramayu, Peternak Dapat Cuan Setiap Hari

Ternak burung puyuh tidak memerlukan lahan yang luas

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Budidaya burung puyuh oleh BUMDes Mekar Jaya Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Jumat (6/9/2024).
Foto: Dok Diskominfo Kabupaten Indramayu
Budidaya burung puyuh oleh BUMDes Mekar Jaya Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Jumat (6/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Budidaya burung puyuh merupakan salah satu potensi bisnis peternakan yang menjanjikan untuk dikembangkan di Kabupaten Indramayu. Apalagi, peluang pasar sangat terbuka lebar dan permintaan telur sangat tinggi.

Burung Puyuh termasuk unggas penghasil telur terbesar nomor dua setelah ayam petelur dengan beberapa keunggulan. Selain mampu berproduksi dalam usia muda dengan produktivitas telur yang tinggi, burug puyuh juga memiliki masa produksi yang panjang hingga 18 bulan.

Baca Juga

Tak hanya itu, ternak burung puyuh tidak memerlukan lahan yang luas dan modal usaha yang dibutuhkannya pun relatif lebih murah. Apalagi, pangsa pasarnya luas dengan harga yang relatif stabil.

Melihat peluang tersebut, BUMDes Mekar Jaya Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, sejak beberapa tahun lalu mengembangkan budidaya burung puyuh. Hasilnya pun bisa dijadikan sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang berkontribusi bagi pembangunan di desanya.

Pengelola budidaya burung puyuh, Ujang mengatakan, saat ini jumlah burung puyuh yang dikelolanya sekitar 2.000 ekor.  Dari jumlah tersebut, bisa menghasilkan telur setiap hari antara 3-100 kilogram, dengan harga jual antara Rp 37 ribu – Rp 40 ribu per kilogram. ‘’Peluang budidaya burung puyuh sangat menjanjikan,’’ kata Ujang, Jumat (6/9/2024).

Ujang mengatakan, di tengah permintaan pasar yang sangat tinggi, produksi telur puyuh yang ada saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan telur puyuh di masyarakat Indramayu.

Meski demikian, kata Ujang, budidaya yang dilakukan oleh BUMDes sempat mengalami kerugian. Hal itu menyusul adanya kematian massal burung puyuh yang diakibatkan virus. ‘’Pernah dalam waktu tiga hari, sekitar 9 ribu burung yang mati. Ini kerugian besar bagi kami. Tetapi Alhamdulillah sekarang kita bangkit lagi,’’ katanya.

Ujang dan pengelola lainnya berharap, usaha budidaya burung puyuh oleh BUMDes itu semakin maju. Dengan demikian, bisa memberikan kontribusi makin besar bagi perekonomian Desa Sukaperna. Untuk itu, sebagai business plan kedepan, pihaknya berharap akan semakin banyak lokasi-lokasi budidaya burung puyuh yang dikelola masyarakat dan menjalin kemitraan bersama BUMDes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement