Kamis 03 Oct 2024 05:03 WIB

Tiga Kontroversi Dedi Mulyadi: Menikahi Nyi Roro Kidul Hingga Dijuluki Si Raja Syirik

Ada sejumlah kasus yang membuat Dedi Mulyadi menjadi buah bibir

Rep: Tim Republika/ Red: Arie Lukihardianti
Calon Gubernur Dedi Mulyadi
Foto: Edi Yusuf
Calon Gubernur Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dedi Mulyadi menjadi salah satu dari empat kandidat calon gubernur Jawa Barat yang maju dalam gelanggang Pilgub Jabar 2024. Sebelum maju sebagai cagub, Dedi Mulyadi memiliki karier panjang di dunia politik Indonesia dan mencetak sejumlah kontroversial. Mulai dari perseteruan dengan para ulama di Jawa Barat karena dianggap musyrik dan syirik, hingga menyindir rakyat yang mengeluh gara-gara harga beras naik.

Saat itu video Dedi yang membandingkan mahalnya harga beras dengan naiknya harga skincare dan HP viral dan mendapatkan banyak reaksi negatif dari masyarakat. Ini bukan kali pertama Dedi Mulyadi menuai kontroversi. Ada sejumlah kasus yang membuatnya menjadi buah bibir baik dalam kehidupan pribadi atau pun kebijakannya sebagai Bupati Purwakarta atau anggota dewan.

Baca Juga

1. Mengaku Menikahi Nyi Roro Kidul

Dedi Mulyadi pernah mengaku telah melamar Nyi Loro Kidul dan mengawininya. Ia bahkan membuat Kereta Kencana yang konon katanya untuk dikendarai sang isteri, Nyi Loro Kidul. Kereta Kencana tersebut dipajang di Pendopo Kabupaten Purwakarta, dan diberi kemenyan serta sesajen setiap hari, lalu dibawa keliling Purwakarta setahun sekali saat acara Festival Budaya, dengan dalih untuk membawa keliling Nyi Loro Kidul buat keberkahan dan keselamatan Purwakarta.

Pengakuan Dedi Mulyadi menikahi Nyi Roro Kidul mematik perseteruan dengan para ulama di Jawa Barat, khususnya Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizeiq Shihab (HRS). Saat itu, HRS menuding pengakuan Dedi Mulyadi sebagai bentuk kesyirikan dan kemusyrikan secara terang-terangan.

Namun, Dedi Mulyadi mengelak. Dia menyebut HRS tidak memahami secara utuh perkataanya tentang menikahi Nyi Roro Kidul. Dia bahkan saat itu menantang HRS untuk membuktikan ucapannya tentang pernikahan dengan Nyi Roro Kidul. “Coba saya minta sama Habib Rizieq tunjukkan bukti surat nikah saya dengan Nyi Roro Kidul dan dilakukan di Kantor Urusan Agama mana?” kata Dedi seraya tertawa.

Dedi menjelaskan Nyi Roro kidul itu gambaran keindahan laut pantai selatan. “Jika kita menikah dengan Nyi Roro kidul, berarti kita menikah dengan laut, artinya kita harus mencintai laut dengan cara merawatnya,” ujar Dedi.

2. Dijuluki Si Raja Syirik

Kontroversi yang sangat membekas bagi masyarakat Jawa Barat adalah kebijakan Dedi Mulyadi yang mengarah kepada kemusyrikan dan kesyirikan. Sejak memimpin Purwakarta, Dedi Mulyadi terus berusaha menghidupkan kembali ajaran Sunda Wiwitan, sehingga ia menghiasi Purwakarta dengan aneka patung pewayangan seperti patung Bima dan Gatotkaca, bahkan ditambah dengan aneka patung Hindu Bali.

Dedi juga menganjurkan agar siapa yang mau selamat lewat di jalan Tol Cipularang agar menyebut nama Prabu Siliwangi. Selain itu, pohon-pohon di sepanjang jalan kota Purwakarta diberi kain “Poleng”, yaitu kain kotak-kotak hitam putih, bukan untuk “keindahan”, tapi untuk “keberkahan” sebagaimana adat Hindu Bali, dan Dedi pun mulai sering memakai ikat kepala dengan kembang seperti para pemuka adat dan agama Hindu Bali. Karena itu dia dikenal dekat dengan dunia klenik.

3. Nyinyirin Masyarakat yang Mengeluh Harga Beras Naik

Kontroversi terbaru dari Dedi Mulyadi sebelum maju sebagai cagub Jabar adalah membuat video terkait kenaikan harga beras. Saat itu, dalam video Dedi Mulyadi menyindir masyarakat yang mengeluhkan kenaikan harga beras, Dedi membandingkan kenaikan harga bahan pokok tersebut dengan harga skincare dan barang elektronik.

“Harga beras naik, ribut, dunia serasa mau kiamat. Tapi harga skincare naik yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan, pada diem aja. Harga handphone naik, diem aja. Harga rokok naik, diem aja,” kata Dedi.

Sontak saja, video tersebut membuat Dedi diserbu masyarakat yang marah. Kolom komentar video pun membeludak mempertanyakan sindiran Dedi yang dianggap melukai hati masyarakat miskin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement