REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Partai Ummat sedang membuat dan mengembangkan roket yang bertujuan untuk membantu Palestina. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri yang masih kurang, dorongan membantu Palestina menjadi salah satu alasan bagi Ketum Partai Ummat, Ridho Rahmadi untuk mengembangkan roket,
“Kita kalau punya kesempatan, kalau saya ya saya lakukan dengan segala macam konsekuensinya (untuk membantu Palestina). Salah satunya memang itu motivasinya (mengembangkan roket),” kata Ridho kepada Republika belum lama ini.
Ridho menyebut, selama ini Indonesia baru sebatas mengirimkan bantuan medis dan bantuan pangan untuk rakyat Palestina. Dengan genosida yang sudah terjadi lebih dari setahun ini di Gaza, Palestina, pihaknya juga ingin agar Indonesia dapat mengirimkan bantuan militer ke wilayah tersebut.
“Karena itu genosida, itu bukan perang, tapi pembantaian. Jadi harus ada bantuan militer (yang dikirimkan),” ucapnya.
Menurut Ridho, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengembangkan roket. Termasuk mengirimkan bantuan militer ke Palestina yang berada di bawah okupansi Israel.
Bahkan, dengan roket yang saat ini dikembangkan juga diharapkan dapat memotivasi ataupun menginisiasi negara lainnya untuk bergerak bersama mengirimkan bantuan militer untuk Palestina.
“Kalau hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan (ke Palestina), hanya begini saja, juga harus ada bantuan militer karena kita memiliki kemampuan sebenarnya. Setidaknya menginisiasi negara-negara lain yang mau bergerak bersama agar bisa mengirimkan bantuan militer,” ungkap Ridho.
Ridho menjelaskan, roket yang dibuat tersebut dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence (AI) sebagai otak pengendali. Dalam pengembangannya, roket ini tidak hanya untuk kebutuhan militer, namun juga untuk eksplorasi luar angkasa.
Ada empat tahap pembuatan dan pengembangan roket ini. Tahap pertama, dengan menguji bahan bakar dalam skala tubuh roket yang lebih kecil menggunakan propelan solid.
“Kita ingin menggunakan propelan yang solid seperti parafin dan lain sebagainya, itu akan kita coba untuk terbang vertikal dulu. Itu tahap pertama, kira-kira target kita nanti dua sampai tiga kilometer untuk terbang vertikal,” katanya.
Tahap pertama sendiri ditargetkan untuk bisa selesai pada akhir 2024 ini. Dengan begitu, pihaknya bisa lanjut melakukan pengembangan untuk tahap kedua.
“Kita step by step dulu, harapannya bisa selesai Desember 2024 ini. jadi tubuh roketnya kita buat yang kecil dulu,” jelasnya.
Pada tahap kedua, pihaknya akan mengembangkan roket dengan propelan hybrid, yakni menggabungkan propelan antara solid dan liquid. Dengan menggabungkan propelan solid dan liquid ini, diharapkan bisa meminimalisasi kekurangan dari masing-masing bahan bakar roket tersebut.
Untuk tahap ketiga, pihaknya ingin mengembangkan roket yang mampu mendaratkan dirinya kembali ke permukaan bumi. Artinya, roket yang dikembangkan bisa digunakan kembali atau reusable.
“Kalau konsep dia terbang vertikal seperti eksplorasi keluar angkasa, dia bisa kembali, dan digunakan lagi seperti SpaceX (milik) Elon Musk itu. Tapi beda lagi kalau yang untuk militer yang (ada) hulu ledak, biasanya dia memang meledak. Jadi kita ingin menguji yang vertikal, dan nanti bisa kembali lagi,” ucap Ridho.
Pada tahap keempat, akan dikembangkan roket dalam skala tubuh yang lebih besar dan dengan daya jelajah yang jauh. Selain itu, pengembangan roket di tahap keempat ini juga diharapkan bisa mengangkut beban yang lebih besar.
“Di sini kita ingin tahap di ukuran (roket) sebenarnya. Dengan bertambah ukuran, kita bisa memasukkan propelan yang jauh lebih besar, sehingga dia memang untuk kebutuhan di dunia nyata, baik militer ataupun eksplorasi luar angkasa, atau skenario lain yang itu memang bisa memenuhi kebutuhan tersebut,” katanya.