Rabu 23 Oct 2024 19:13 WIB

FTV UPI Kembali Gelar CineFuture 2024 jadi Ruang Diskusi dan Apresiasi Seni Kontemporer

Cinefuture berfokus pada pengembangan kritik dan pematangan karya seni mahasiswa

Program Studi Film & Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menggelar acara tahunan bertajuk Cinefuture bertajuk Realitas, Fundamental, dan Multidimensionalitas Tubuh Sinema
Foto: Dok Republika
Program Studi Film & Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menggelar acara tahunan bertajuk Cinefuture bertajuk Realitas, Fundamental, dan Multidimensionalitas Tubuh Sinema

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Program Studi Film & Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menggelar acara tahunan bertajuk Cinefuture bertajuk 'Realitas, Fundamental, dan Multidimensionalitas Tubuh Sinema'. Menurut Ketua Cinefuture 2024, Harry Tjahjodiningrat, sebagai ruang diskusi dan apresiasi seni kontemporer, Cinefuture berfokus pada pengembangan kritik dan pematangan karya seni mahasiswa. Serta, telah sukses terselenggara sejak pertama kali pada tahun 2022 hingga puncaknya di akhir 2023.

Acara ini mencakup rangkaian workshop, pameran, dan simposium yang diselenggarakan di tempat-tempat bergengsi seperti Fragment Project di Institut Français d'Indonésie (IFI) Bandung dan Auditorium Hotel Santika.

Baca Juga

"Cinefuture tidak hanya menjadi wadah untuk menampilkan karya-karya mahasiswa, tetapi juga menjadi forum interdisipliner yang melibatkan berbagai studio di Program Studi Film & Televisi UPI," ujar Harry, Rabu (23/10/2024).

Berbagai studio seperti Studio Film Eksperimental, Studio Animasi Intermedia, dan Studio Kajian Media berkolaborasi, menghadirkan karya yang memadukan konsep tubuh sebagai medium utama dalam seni gambar bergerak.

Tahun ini, kata dia, Cinefuture berkolaborasi dengan perhelatan teater Kotakatakita, sebuah acara tahunan yang juga diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Film & Televisi UPI. Kolaborasi ini bertujuan untuk merespon isu-isu terkini yang sedang ramai diperbincangkan di masyarakat, memberikan pengalaman eksploratif bagi mahasiswa dalam memahami tubuh sebagai instrumen seni.

"Pameran tahun ini menampilkan berbagai karya proses mahasiswa dari Studio Film Eksperimental dan Studio Animasi Intermedia, dengan format instalasi, pemutaran, serta karya interaktif yang memperkaya narasi visual," katanya.

Menurutnya, simposium yang diadakan bersamaan dengan pameran akan mengangkat teks akademis dari Studio Kajian Media, memberikan perspektif unik terhadap proyek-proyek seni mahasiswa yang menjadi refleksi masa depan sinema. Seluruh teks yang dihasilkan dari pameran dan teater ini akan dijadikan bahan kajian dalam simposium, yang akan melibatkan Asosiasi Program Studi Film se-Indonesia.

Selain asosiasi program studi film dan televisi se-Indonesia, kata dia, juga melibatkan institute france Indonesia ( IFI), Goethe institut, Politeknik Tempo, BTV, TV One, Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia, PT Qun, Juanlee L,Td, Badan Perfilman Indonesia (BPI), Seni Rupa ITB, dan sebagainya.

"Kampus seyogyanya adalah tempat demokratisasi akademik, di mana berbagai wahana eksperimentasi keilmuan seni gambar bergerak dapat terwujud melalui pemikiran-pemikiran ilmiah," kata Harry.

Acara ini, kata dia, menjadi platform penting bagi mahasiswa untuk menggali, mengembangkan, dan merealisasikan ide-ide kreatif yang selaras dengan perkembangan seni kontemporer. Pernyataan ini menegaskan peran penting Cinefuture 2024 sebagai ruang bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasan inovatif dalam seni gambar bergerak, baik dalam bentuk film maupun animasi.

Selain itu, acara ini menyediakan alternatif di luar identifikasi industri. Sehingga, memungkinkan eksplorasi kreatif yang lebih luas dalam ranah seni dan akademik.

Ketua Program Studi Film dan Televisi, Hery Supiarza memberikan wawasan mendalam mengenai tujuan dan makna di balik acara Cinefuture 2024. "Program ini bukan sekadar perayaan seni, namun juga menjadi ruang bagi dialog dan refleksi tentang peran seni dalam masyarakat," katanya.

Dengan menampilkan karya-karya yang beragam, Cinefuture mengajak penonton untuk melihat dan merasakan dunia melalui berbagai lensa, yang pada gilirannya dapat memperkaya pemahaman kita tentang kompleksitas kehidupan.

Salah satu aspek penting dari Cinefuture adalah kemampuannya untuk menciptakan jembatan antara teori dan praktik. Dengan melibatkan akademisi, praktisi, dan penonton dalam diskusi, program ini berkontribusi pada pengembangan pola pikir kritis di kalangan mahasiswa dan generasi muda. "Ini bukan hanya tentang memproduksi film, tetapi juga tentang memahami konteks sosial dan budaya di mana film tersebut diciptakan dan diterima," katanya.

Dalam konteks ini, Cinefuture 2024 juga berperan dalam menciptakan ruang bagi pertumbuhan komunitas seni yang inklusif. Dengan mendorong kolaborasi dan interaksi antara berbagai pihak, program ini menggalang dukungan dan penghargaan terhadap seni gambar bergerak sebagai bentuk ekspresi yang memiliki dampak besar dalam menginspirasi perubahan sosial dan budaya.

Melalui berbagai kegiatan seperti presentasi film, workshop, panel diskusi dan simposium Cinefuture tidak hanya menunjukkan komitmen Program Studi Film dan Televisi untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga berusaha menciptakan seniman yang memiliki kesadaran sosial.

Isu sentral yang dibahas dalam acara ini adalah bagaimana film sebagai medium seni memiliki tubuh yang multidimensi. Diskusi mengarah pada pertanyaan kritis, apakah film sudah mencapai status disiplin ilmu tersendiri, atau masih terus dipengaruhi oleh elemen-elemen seni lain seperti seni rupa, sastra, dan teater?

Dengan demikian, Cinefuture berupaya menjelajahi fondasi film dan menguatkan posisinya sebagai medium unik dalam seni kontemporer.

Acara ini juga menghadirkan rangkaian program yang dimulai sejak Oktober hingga Desember 2024. Beberapa kegiatan menarik di antaranya adalah Screening Indonesia x Australia pada 25 Oktober, Layar Alumni Open Air pada 26 Oktober, hingga puncak acara Pameran dan Pemutaran Film Eksperimental & Animasi Intermedia yang berlangsung pada 8-11 Desember.

Pada 11 Desember, akan diadakan simposium yang melibatkan Asosiasi Program Studi Film se-Indonesia, diikuti oleh Open Air Institut Partner pada 12 Desember, sebagai penutup rangkaian acara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement