Sabtu 26 Apr 2025 21:15 WIB

Terdampak Pandemi, Perajin Aksesori Kulit Cabaco Bangkit dengan Omzet Ratusan Juta

Anjloknya permintaan sepatu, membuat Firman banting setir memproduksi aksesori kulit

Aksesori kulit dompet Cabaco
Foto: Dok Republika
Aksesori kulit dompet Cabaco

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Menjalankan usaha tidak selalu berjalan mulus. Jatuh bangun menjadi bagian dari perjalanan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Namun, ketangguhan dalam menghadapi tantangan justru menjadi kunci menuju kesuksesan. Hal inilah yang dialami oleh Firman Hamzah (44 tahun), pengrajin aksesori kulit sekaligus pemilik brand Cabaco.

Usaha Firman sempat terdampak saat pandemi Covid-19 melanda pada 2019. Sebelumnya, ia memproduksi sepatu kulit, namun anjloknya permintaan membuatnya banting setir memproduksi aksesori kulit seperti dompet, tas, dan gelang. Berkat ketekunannya, kini omzet Cabaco mampu menembus angka ratusan juta rupiah setelah mengikuti berbagai tender dan pameran.

Baca Juga

Firman memulai usahanya di bidang sepatu pada 2013 sebagai reseller. Di tahun yang sama, ia memberanikan diri menciptakan merek sendiri, bermodalkan hasil penjualan motor senilai Rp11 juta. "Saat menjadi reseller, saya berpikir kalau punya brand sendiri bisa lebih mandiri dan arah bisnisnya lebih jelas," ujar Firman saat ditemui Republika.

Usaha sepatunya berjalan stabil hingga pandemi melanda. Penjualan anjlok karena masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan pokok. Usaha Firman sendiri, berlokasi di Jl Panutan IV No 20 RT 07/09, Kelurahan Cipadungkulon, Kecamatan Panyileukan, Bandung.

"Karena penjualan sepatu turun, saya mulai mempelajari produk lain seperti dompet dan tas. Penggunaan kulitnya lebih sedikit dibanding sepatu, dan ternyata aksesoris kulit cukup diminati saat pameran," katanya.

Dalam kesehariannya, Firman dibantu dua orang pekerja tetap. Saat ada permintaan besar, tenaga kerja bisa bertambah hingga sepuluh orang. Produknya kini beragam, mulai dari gantungan kunci, gelang, dompet, hingga sepatu premium.

Pemasaran, dilakukan secara online dan melalui toko offline di Ibis Trans yang dikelola bersama delapan UMKM lain. Firman menargetkan produk aksesori untuk pegawai kantoran dan komunitas motor, sementara produk sepatu lebih menyasar para karyawan.

Bahan baku utama berasal dari kulit lokal Cianjur dan impor Italia yang dibeli melalui supplier di Cibaduyut. Dalam produksinya, Firman juga melibatkan para pengrajin dari Cibaduyut. Harga produknya bervariasi, mulai dari Rp30.000 untuk gantungan kunci hingga Rp 3 juta untuk sepatu kulit premium.

Firman sempat merencanakan ekspor ke Amerika Serikat. Namun, terkendala kebijakan baru yang meningkatkan biaya pengiriman dan pajak. Meski begitu, produknya telah menembus pasar Australia, Filipina, Inggris, bahkan menarik minat pembeli dari Singapura dan Rusia.

Keunggulan produk Cabaco terletak pada kerapihan dan kualitas kulit. “Pembeli luar negeri cenderung lebih menghargai produk handmade dengan kualitas bahan yang baik,” ujar Firman. Untuk produk kecil, kapasitas produksi bisa mencapai ratusan unit, sedangkan tas dan sepatu masih terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement