Selasa 30 Sep 2025 12:15 WIB

Harga Diatas HPP, Gabah Petani Indramayu Diserbu Tengkulak dari Luar Daerah 

Gabah milik petani langsung dibeli para tengkulak yang turun langsung ke sawah-sawah

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Gabah milik petani di Desa Jatimunggul, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu
Foto: Dok Republika
Gabah milik petani di Desa Jatimunggul, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga gabah petani di Kabupaten Indramayu tinggi. Meski demikian, gabah itu menjadi buruan para tengkulak dari luar daerah.

Berdasarkan pantauan Republika di Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, harga gabah kering panen (GKP) milik petani dipatok di kisaran Rp 7.500 per kilogram. Harga itu sudah turun dibandingkan saat panen perdana beberapa pekan lalu yang mencapai Rp 8.000 per kilogram.

Baca Juga

Meski turun, namun harga GKP saat ini masih lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) GKP, yang hanya Rp 6.500 per kilogram. "Walau sudah turun, tapi harga gabah sekarang terhitungnya masih tinggi karena panen masih sedikit. Dan sepertinya harga gabah akan tetap bertahan dengan harga ini walau panen nanti bertambah," ujar salah seorang petani setempat, Opih Riharjo, kepada Republika, Selasa (30/9/2025).

Opih mengatakan, harga Rp 7.500 per kilogram itu benar-benar harga gabah di sawah yang baru selesai dipanen. Para petani tak perlu menjemurnya terlebih dahulu dan langsung menjualnya.

Menurut Opih, gabah milik petani langsung dibeli oleh para tengkulak yang turun langsung ke sawah-sawah. Ia mengatakan, para tengkulak itu berdatangan dari berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah. "Gabah gak dijemur, dari sawah langsung diangkut oleh tengkulak," kata Opih.

Tak hanya harganya yang tinggi, kata Opih, produksi padi pada musim panen kali ini juga cukup bagus. Ia menyebutkan, rata-rata produksinya di kisaran tujuh ton per hektare.

Dengan harga dan produksi yang cukup tinggi, Opih mengaku para petani saat ini bisa meraup keuntungan. Ia menyebutkan, modal tanam hingga panen sekitar Rp 8 juta per hektare, ditambah sewa combine saat panen Rp 1,5 juta. Modal itu belum termasuk sewa lahan bagi petani penggarap.

Menurutnya, dengan keuntungan yang didapat, petani di daerahnya memilih untuk menjual langsung gabahnya dan tidak menyimpannya. Apalagi, mereka akan segera melakukan tanam kembali untuk musim tanam rendeng 2025/2026.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement