Sabtu 11 Oct 2025 09:28 WIB

Dekan FTIK UIN Walisongo Peringatkan Bahaya Kreativitas AI Tanpa Etika

Tanpa etika kreativitas melalui AI bisa menjadi ancaman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Artificial intelligence saat ini digunakan di berbagai bidang, termasuk jurnalistik.
Foto: dok Freepik
Artificial intelligence saat ini digunakan di berbagai bidang, termasuk jurnalistik.

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Fatah Syukur, mengatakan, saat ini teknologi kecerdasan buatan atau AI telah menjadi bagian dari kehidupan generasi muda. AI menjadi alat yang membantu proses kreativitas. Namun Fatah mengingatkan, tanpa etika, kreativitas melalui AI bisa menjadi ancaman. 

"Anak muda hari ini luar biasa kreatif dalam memanfaatkan AI. Tapi jika tidak disertai literasi etis, kreativitas itu bisa berubah menjadi ancaman, seperti penyebaran hoaks, manipulasi citra digital, atau bahkan cyber bullying," kata Fatah ketika menghadiri seminar bertajuk 'Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital' yang digelar di Hotel Grand Artos Magelang, Jawa Tengah, Jumat (10/10/2025). 

Fatah juga mengingatkan pentingnya pendampingan guru dan orang tua agar siswa mampu menggunakan teknologi, termasuk AI, secara bertanggung jawab. “Kita tidak bisa mematikan arus teknologi. Yang bisa kita lakukan adalah menanamkan nilai, agar anak muda bukan hanya pintar, tapi juga beradab dalam dunia digital,” ujarnya. 

Dekan FTIK UIN Salatiga, Rasimin, turut menghadiri seminar yang diikuti ratusan siswa dari berbagai sekolah dan madrasah di wilayah Magelang tersebut. Dalam pemaparannya, Rasimin menyoroti potensi besar AI dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, AI bisa menjadi mitra strategis guru dalam pembelajaran, mulai dari personalisasi materi hingga riset cepat. Namun, kemajuan ini menuntut kedewasaan baru dari para pengguna.

“AI bukan musuh, tapi tanggung jawab baru. Tanggung jawab untuk tetap manusiawi, untuk berpikir kritis, dan untuk tidak menjadikan teknologi sebagai pengganti moralitas,” ucapnya.

Rasimin menambahkan, dunia pendidikan perlu menumbuhkan kesadaran digital di kalangan siswa. Bukan sekadar sebagai pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten yang positif, edukatif, dan berdampak.

Sementara itu anggota DPR RI, Wibowo Prasetyo, menyoroti pentingnya keamanan data digital dan perlindungan data pribadi bagi generasi muda. Ia mengingatkan bahwa kalangan pelajar saat ini hidup dalam ekosistem daring yang penuh risiko kebocoran informasi.

“Anak muda harus paham bahwa jejak digital itu abadi. Setiap unggahan, setiap data pribadi, bisa menjadi senjata jika jatuh ke tangan yang salah,” kata Wibowo.

Wibowo mengungkapkan, pemerintah tengah memperkuat regulasi keamanan data dan literasi digital untuk pelajar. Namun, menurutnya, perlindungan paling utama justru berasal dari kesadaran diri.

“Regulasi tanpa kesadaran hanya akan jadi tulisan. Kita perlu membangun budaya digital yang aman dan beretika di sekolah,” ujarnya.

Seminar bertajuk “Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital" yang digelar di Hotel Grand Artos Magelang dihelat UIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement