REPUBLIKA.CO.ID, Tak mudah untuk bisa menjangkau Blok Pugag, yang terletak di Dusun Kujangsari, Desa Kutawaringin, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan. Dusun itu berada di puncak bukit, dengan ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan hanya bisa diakses dengan berjalan kaki.
Jarak Blok Pugag dengan Desa Kutawaringin sekitar tiga kilometer, dengan kondisi jalan setapak yang menanjak. Namun, hal itu tak mengendurkan semangat pengurus Yayasan Mualaf Ikhlas Madani Indonesia (Mukmin) Kabupaten Kuningan dan relawan untuk membantu membina para mualaf di sana. “Di Pugag ada saudara sesama Muslim yang belum paham sekali tentang Islam. Karenanya, meski harus mendaki, kami rela demi menyampaikan satu ayat untuk diamalkan oleh Muslim di Pugag,” ujar Ketua Yayasan Mukmin Kabupaten Kuningan Ade Supriadi, Kamis (28/1).
Di Pugag disebut terdapat sekitar 21 kepala keluarga (KK) atau 70 jiwa. Dari jumlah itu, tiga perempat di antaranya merupakan mualaf ataupun Muslim sejak lahir. Sisanya merupakan non-Muslim. Namun, para mualaf di Pugag dinilai kurang mendapat pembinaan lebih jauh soal ajaran agama Islam. Kondisi geografis dinilai menjadi salah satu kendalanya. Hal itu menjadi perhatian Yayasan Mukmin. Demi membina para mualaf, pengurus yayasan dan relawan mendaki jalan menuju Pugag, setidaknya satu pekan sekali.
Ada dua jalur yang kerap dilalui pengurus Yayasan Mukmin dan relawan untuk menuju Pugag. Salah satunya melalui jalur pendakian Kampung Kujangsari. Jarak tempuhnya menuju Pugag sekitar tiga kilometer dari bawah bukit. Butuh waktu sekitar 2,5 jam untuk menempuh jalur pendakian yang memiliki kemiringan sekitar 65-70 derajat itu. Ketika turun hujan, jalur tersebut sulit dilalui lantaran kondisi tanahnya yang terbilang licin, ditambah tanjakan terjal.
Akses lainnya adalah jalur pendakian Desa Pinara, Kecamatan Ciniru. Untuk mencapai Pugag setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam-1,5 jam, dengan mendaki bukit yang memiliki kemiringan tanah hingga 70 derajat. Jalur itu berupa jalan setapak yang berbatu dan licin, serta di sampingnya berupa jurang.
Menurut Ade, pendakian menuju Pugag akan semakin berat tatkala hujan turun. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat para pengurus yayasan dan relawan karena meyakini upaya mereka diridhai Allah. Ia mengatakan, kegiatan pembinaan mualaf di Pugag ini sudah mendapat izin dari perangkat desa setempat. Pembinaan mualaf dilakukan di Masjid Al Jihad.
Namun, masjid satu-satunya di Pugag itu kini kondisinya banyak yang rusak dan dinilai tak layak. Yayasan Mukmin pun berharap adanya bantuan untuk merenovasi masjid tersebut. Menurut Ade, biaya yang dibutuhkan untuk merenovasi masjid itu diperkirakan mencapai kurang lebih Rp 120 juta. Akan tetapi, lantaran sulitnya mengangkut material bangunan menuju Pugag, biaya yang dibutuhkan diperkirakan bisa membengkak tiga kali lipat.
Di masjid itu, para pengurus Yayasan Mukmin dan relawan biasa mengajar mualaf membaca Iqro, memberikan tausiyah, serta memberikan pembelajaran terkait akidah, fikih, ibadah, dan lainnya. Selain pembinaan agama, menurut Ade, yayasannya juga mengupayakan pemberdayaan para Muslim di Pugag. Untuk itu, kata dia, yayasannya membuka wakaf tanah di Pugag untuk pertanian produktif guna menguatkan ekonomi para mualaf.
Selain di Pugag, Yayasan Mukmin juga memberikan pembinaan kepada para mualaf di daerah lain wilayah Kabupaten Kuningan. Menurut Ade, sejak 2012 hingga sekarang, jumlah mualaf di Kabupaten Kuningan ada sekitar 1.063 orang. “Para mualaf itu membutuhkan pembinaan dan pendampingan untuk membentengi akidah mereka,” ujar Ade.