Senin 08 Feb 2021 08:44 WIB

Andi Mallarangeng: Ada yang Ancam Buka Borok Partai Demokrat

Andi Mallarangeng menegaskan, Partai Demokrat tak takut dengan serangan balik.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
Andi Mallarangeng
Foto: Republika/Prayogi
Andi Mallarangeng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengungkap, ada pihak yang mencoba mengancam borok partainya, pascaterbongkarnya isu kudeta terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, Andi Mallarangeng menegaskan, Partai Demokrat akan terus melakukan perlawan terhadap upaya penggembosan oleh pihak eksternal. 

"Ada lah saya tahu ngancam-ngancam, katanya ngancam-ngancam kalau nanti dia dibuka, nanti diancam juga buka-bukaan borok-boroknya partai politik, Partai Demokrat, ya silakan aja lah kalau memang sudah ada, dari dulu juga (Partai Demokrat) sudah dihajar," ujarnya, Ahad (7/2).

Baca Juga

Meski begitu, Andi Mallarangeng menegaskan, Partai Demokrat tak khawatir jika upaya yang dilakukan Partai Demokrat saat ini justru diserang balik oleh penguasa melalui institusi penegak hukum, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, dan Kejagung. "Kalau saya sih nggak takut tuh, kita di luar kekuasaan kok. Yang banyak masalah soal korupsi dan segala pelanggaran hukum lain-lain ya di dalam kekuasaan," katanya.

Andi mengatakan, ancaman yang benar-benar nyata yang ia terima saat ini, yaitu serangan pendengung (buzzer) dan peretas (hackers). Ia mengaku, akun media sosial miliknya kerap diretas oleh para hackers.

"Kita punya sosial media diserang, akun-akun saya diserang oleh buzzer-buzzer, ini yang sekarang kita hadapi sehari-hari dan itu yang real," tuturnya.

Baca juga : Demokrat: Respons Mensesneg Tanggapi Surat AHY Keliru

Ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari risiko yang harus dihadapi. Ia mempersilakan jika ada pihak lain yang mau menyerang melalui jalur hukum. "Kita nggak bisa langkah kita terhenti hanya karena diancam-ancam semacam itu," ucapnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement