Senin 08 Feb 2021 19:01 WIB

Pengamat: Isu Kudeta Dongkrak Elektabilitas Partai Demokrat

IndexPolitica merilis, PDIP, Golkar, Gerindra, dan Demokrat di urutan empat besar.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti memberikan keterangan pers terkait rencana kudeta di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2021).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti memberikan keterangan pers terkait rencana kudeta di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif IndexPolitica, Denny Charter memperkirakan, polemik terkait isu pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat bisa mendongkrak elektabilitas partai bersimbol mercy tersebut hingga dua persen.

"Menurut saya dengan adanya isu kudeta ini sangat menguntungkan bagi Partai Demokrat. Ya perkiraan saya ketika kita next survei bisa jadi Demokrat mengalami kenaikan peningkatan (elektabitas)," kata Denny dalam pernyataannya di Jakarta, Senin (8/2).

Menurut dia, isu kudeta kepemimpinan Demokrat sampai sekarang masih menjadi perhatian di ruang publik dan memberikan tren positif bagi partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. "Dan diperkirakan akan ada kenaikan di angka satu sampai dua persen efek dari isu kudeta ini," ujar Denny.

Dalam kesempatan itu, Denny juga menjelaskan, hasil survei nasional yang dilakukan IndexPolitica medio 18-28 Januari 2021 atau sebelum munculnya isu kudeta, menempatkan Demokrat di urutan keempat dengan elektabilitas sebesar 11,8 persen. Urutan teratas dihuni PDI Perjuangan dengan torehan 15,5 persen. Berikutnya disusul Partai Golkar 13,7 persen dan Partai Gerindra 12,7 persen.

"Ada tren negatif terhadap elektabilitas yang diterima oleh PDIP dan Gerindra, dan tren positif untuk Golkar dan Demokrat, di antaranya akibat imbas isu korupsi yang terjadi di Kementerian KKP dan Kementerian Sosial," kata Denny..

Gaya politik Mayor (Purn) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum Demokrat dalam menyikapi persoalan isu kudeta, juga menjadi sisi lain yang diperhatikan, khususnya bagi para kaum milenial.Meski masih muda, kata Denny, AHY sudah mampu menerapkan etika politiknya dalam menghadapi suatu isu.

Figur seperti itu, lanjut dia, cocok dengan kelompok milenial yang menyukai sesuatu yang transparan dan tidak dalam rangka berbohong di ruang publik. "Jadi upaya yang dilakukan AHY membongkar adanya gerakan itu, meski terjadi pro dan kontra, menurut saya ini sangat efektif bagi Partai Demokrat," ucap Denny.

Denny melihat sepak terjang AHY menarik dan cara-cara berpolitiknya perlu ditiru oleh para politikus lainnya. "Saya juga melihat AHY itu bukan dilihat dari visualnya saja yang milenial, tetapi dia juga coba ikut membentuk persepsi yang bisa dipahami oleh milenial, dan itu cara yang bagus," kata Denny.

Sebelumnya, jajaran pimpinan Demokrat menuding Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko ingin mengkudeta AHY dari kursin ketua umum Demokrat. Moeldoko dituding berkolaborasi dengan eks kader Demokrat untuk menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) agar bisa mengakuisisi Demokrat. Hanya saja, Moeldoko membantahnya, dan sekadar berbincang dengan kader Demokrat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement