REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap inovasi dan penelitian anak bangsa di bidang kesehatan maupun lainnya terus dikembangkan. Wapres berharap inovasi-inovasi dalam negeri itu bisa membuat Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain.
“Saya berharap mudah-mudahan akan terus dikembangkan upaya-upaya riset dan penelitian untuk memperoleh hasil-hasil inovasi yang tidak saja di bidang kesehatan tapi juga di bidang-bidang lain. Kita harus memacu diri karena inovasi yang menentukan kita di dalam persaingan global,” kata Wapres dalam siaran persnya, Selasa (2/3).
Wapres menyampaikan hal itu setelah menerima laporan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) yang juga Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia (BRIN) Bambang Brodjonegoro dan Tim Peneliti Genose Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Wapres mengapresiasi penemuan Genose sebagai alat pendeteksi Covid-19 karya anak bangsa.
Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19 yang belum selesai membuat pemerintah terus berupaya meminimalisasi penyebaran virus corona. Selain terus mengampanyekan gerakan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, pemerintah juga mengupayakan 3T, yakni tracing, testing, treatment.
Sebagai salah satu bagian dari testing, penemuan Genose yang merupakan alat deteksi virus corona tentu menjadi angin segar dalam inovasi pengembangan alat deteksi. “Karena memang juga pada saat seperti pandemi ini kan semua memerlukan alat-alat kesehatan yang bisa menunjang, termasuk untuk mendeteksi ditemukannya Genose oleh UGM ini, ini suatu prestasi dari pada sebuah inovasi yang kita sudah lakukan,” kata Ma’ruf.
Wapres memberikan apresiasi kepada Tim Genose UGM Yogyakarta yang terus melakukan inovasi dan mencari solusi dari permasalahan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. “Saya ingin menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada BRIN dan Kemenristek karena kita kan memang selama ini dianggap riset kita masih terlalu tertinggal dibanding dengan negara tetangga kita,” kata Wapres.
Sementara itu, Menristek Bambang Brodjonegoro menjelaskan, selain menggunakan teknologi kesehatan, penelitian dari Genose juga merupakan kombinasi dari penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang diharapkan dapat menjadi tren teknologi masa depan. Menurutnya, alat tersebut menggunakan teknologi terkini, yaitu kecerdasan artifisial yang dipakai untuk mendeteksi apakah positif atau negatif.
"Jadi menggabungkan kesehatan dengan artificial intelligence. Metode kecerdasan artifisial dengan melakukan analisa terhadap hembusan napas kita.” ujar Bambang.
Bambang juga menyampaikan Genose merupakan bukti nyata bahwa di balik pandemi masih ada semangat dari para peneliti untuk dapat mengembangkan produk risetnya. “Selama masa Covid ada berkah yang tidak disangka, yaitu semangat untuk melakukan riset daninovasi tumbuh luar biasa. Ternyata kualitasnya luar biasa dan dapat dipertanggungjawabkan karena melalui semua proses standarisasi perizinan yang diharuskan,” ucap Bambang.
Genose merupakan alat yang dikembangkan oleh Tim Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang metode samplingnya menggunakan hembusan napas. Hembusan napas pada manusia diklaim memiliki senyawa yang dapat membedakan seseorang yang terpapar virus Covid-19 atau yang tidak terpapar. Hasil tes menggunakan Genose dapat diketahui dalam waktu kurang dari satu menit.
Selain Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, turut hadir pula Sekretaris Kemeristek/BRIN Mego Pinandito, Ketua Konsorsium Riset Inovasi Covid-19/Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Plt. Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan Ismunandar, dan Tim Penemu Genose UGM Eko Fajar Nur Prasetyo, Safitri, dan Irma Setyawati Lubis.