Jumat 12 Mar 2021 23:11 WIB

Kampus Minta Dilibatkan Susun Peta Jalan Pendidikan

Hal ini agar PJP lebih komprehensif dan mengakomodasi tantangan pendidikan masa depan

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Mas Alamil Huda
Mendikbud Nadiem Makarim (ketiga kanan) berbincang dengan sejumlah anggota Komisi X DPR seusai rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Rapat kerja tersebut membahas laporan Panitia Kerja Peta Jalan Pendidikan
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Mendikbud Nadiem Makarim (ketiga kanan) berbincang dengan sejumlah anggota Komisi X DPR seusai rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Rapat kerja tersebut membahas laporan Panitia Kerja Peta Jalan Pendidikan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Komarudin berharap, Peta Jalan Pendidikan (PJP) 2020-2035 yang sedang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melibatkan berbagai stakeholder, termasuk dari unsur perguruan tinggi. Hal ini untuk memastikan PJP lebih komprehensif dan mengakomodasi tantangan-tantangan pendidikan di masa depan.

"Pada prinsipnya semua stakeholder itu harus dilibatkan agar PJP ini bisa lebih komprehensif apalagi nanti akan dituangkan dalam bentuk UU agar tidak ada kontroversi seperti frasa agama kemarin," kata dia saat dihubungi, Jumat (12/3).

Ia pun menyebut, hingga saat ini UNJ belum dimintai masukan terkait Prakonsep PJP, sehingga ia belum mengetahui detil mengenai draft peta jalan pendidikan tersebut. Namun, ia memastikan UNJ siap memberi masukan agar PJP lebih komprehensif.

"Karena belum mengkaji secara utuh, maka kami harus pelajari bagian mana yang menurut kami akan diberi masukan atau diberi penguatan, akan kita pelajari, draft kami belum dapat, nanti akan kami diskusikan," ujarnya.

Komarudin berharap PJP tidak meninggalkan akar budaya dan identitas bangsa Indonesia. Komarudin menilai, idealnya Peta Jalan Pendidikan tetap berangkat dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

"Idealnya tidak boleh mencabut akar budaya bangsa, apalagi identitas bangsa, tidak boleh, itu akan layu sebelum berkembang kalau meninggalkan identitas bangsa," ujar Komarudin.

Komarudin menyadari jika pendidikan perlu menyesuaikan perubahan perubahan yang terjadi saat ini maupun yang akan terjadi di masa depan, termasuk juga persaingan global. Akan tetapi, ia menekankan peta jalan pendidikan tidak boleh mengabaikan hal-hal yang bersifat fundamental dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri.

Karena itu, mulai dari landasan filosofis, sosiologis, historis, yuridis, tuntutan atau kebutuhan harus berlandaskan budaya bangsa.

"Jadi menurut saya harus ke sana, tidak mesti harus mengikuti pola yang ada di luar negeri. Jadi bagaimanapun kita akar budaya berbeda dengan mereka, tapi bahwa kita harus dipacu untuk cepat berkembang dan sebagainya itu sebuah keharusan juga, tinggal bagaimana diimplementasikan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement