REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Barat bersiap mengawali program "Petani Milenial Juara" yang diluncurkan Gubernur Ridwan Kamil di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dengan membina 60 petani milenial.
Sebanyak 60 orang yang lolos budidaya ikan akan mendapatkan sejumlah peluang usaha yang difasilitasi Pemda Provinsi Jabar mulai dari penyediaan lahan, bantuan modal dari Bank BJB serta kepastian pemasaran dari offtaker yang siap membeli hasil panen petani milenial.
Kepala DKP Jabar Hermansyah mengatakan, ke-60 petani ikan milenial tersebut berasal dari ratusan pendaftar budi daya ikan milenial dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam budi daya ikan.
"Kami menyaring mereka mulai dari minat, pendidikan dan juga pengalaman mereka dalam bidang budi daya ikan. Selain itu juga mereka harus menjalani pengecekan dari BI checking. Soalnya ada kaitannya dengan peminjaman modal dari BJB jangan sampai menambah risiko beban finansial calon petani milenial yang bersangkutan," ujar Herman, Jumat (26/3).
Herman menjelaskan, dari 60 petani milenial yang terpilih terdiri dari dua kelompok. Pertama, mereka yang mandiri atau yang sudah memiliki lahan sendiri. Yang kedua, kelompok intensif yang tidak memiliki lahan.
Masing-masing kelompok mandiri sebanyak 24 orang dan sisanya 36 orang merupakan petani intensif budaya ikan milenial. Dari 60 petani budi daya ikan tersebut masing-masing berbeda komoditas budi dayayaitu lele, nila dan udang sesuai dengan permintaan offtaker.Untuk kelompok petani intensif, kata Herman, DKP telah menyiapkan lahan di empat lokasi yang dekat dengan kantor cabang DKP di kabupaten/kota.
Untuk nila ditempatkan di Ciherang (Cianjur) dan Wanayasa (Purwakarta). Sementara lele di Cijengkol (Subang), serta udang di Cibalong (Garut). "Mereka ditempatkan di lahan milik kami yang tidak terpakai. Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok (kolam yang menggunakan terpal) dengan diameter 4 meter," kata Herman.
Namun untuk petani udang, perlakuannya berbeda dengan petani nila dan lele dan mereka tidak diberikan fasilitas kolam biofolk, melainkan lahan tambak udang di Cibalong. "Dari 36 petani intensif, lima orang di antaranya petani udang," kata Herman.
Menurut Herman, para petani milenial tersebut akan dibina dan diberikan kesempatan mengembangkan usahanya dengan durasi satu tahun.Diharapkan mereka bisa berkembang dan mandiri usai menjalani program tersebut.
"Kalau berhasil, mereka pasti memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha mereka di tempat lain, tidak terus-terusan di sini. Kalau terus di sini berarti mereka tidak berkembang, " kata dia.
Herman menambahkan, untuk petani mandiri tambahan aset yang mereka peroleh dari pinjaman Bank BJB akan menjadi hal milik mereka, sedangkan untuk petani intensif aset yang mereka bangun akan dikembalikan pada DKP selalu pihak yang meminjamkan lahan.
"Kami berharap mereka berhasil karena dalam satu tahun mereka dapat menghasilkan hingga empat kali siklus atau panen seperti lele dalam dua sampai tiga bulan bisa dipanen, nila dan udang tiga kali siklus panen atau tiga siklus," katanya.
Hingga saat ini milenial yang meminati tanaman pangan ada 1.010 orang. Sementara hortikultura 951 orang. Saat ini ada dalam posisi evaluasi akhir atau wawancara sampai tanggal 10 April 2021 nanti.