REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, Drajat Irawan mengaku masih mencari penyebab naiknya harga daging ayam ras yang terjadi dalam sepekan terakhir. Saat ini, mereka telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan.
"Ini yang sekarang kami lakukan pengecekan bersama Dinas Peternakan. Karena ini, kan di tingkat hulu, ya. Kami akan mencari penyebabnya apa," kata Drajat, kepada wartawan di Surabaya, Selasa (13/4).
Drajat mengaku akan bersama Dinas Peternakan Jatim mendatangi produsen ayam ras di sejumlah daerah, seperti Blitar. Para produsen akan ditanyakan persoalan yang terjadi, apakah karena kesulitan keterbatasan bibit ayam ras (DOC) atau karena penyakit.
"Kami belum tahu hal itu. Bisa juga karena iklim yang menyebabkan sakit," kata Drajat.
Menurut dia, kenaikan harga itu juga bisa dipengaruhi meningkatnya permintaan dari konsumen menjelang Ramadan ini. "Mungkin juga karena demand. Karena kan kemarin Megengan, sehingga mulai naik permintaannya. Kami akan segera koordinasikan, termasuk dengan produsen ayam," tutur Drajat.
Harga rata-rata daging ayam ras di Jawa Timur merangkak naik melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah jelang masuknya Bulan Ramadhan. Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, pada 1 April lalu harga daging ayam broiler rata-rata Rp 33.447 per kilogram. Kemudian, pada 6 April naik menjadi Rp 35.640 per kilogram.
Harganya kembali naik pada Senin (12/4), yaitu menjadi Rp 39.716 per kilogram. Per Selasa, harga rata-rata ayam broiler turun menjadi Rp 39.642 per kilogram, namun masih ada di atas harga HET yang diatur pemerintah.