REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Bupati Puncak, Papua, Willem Wandik meminta warga, aparatur sipil negara (ASN), dan pegawai kontrak untuk sementara tetap bertahan di Distrik Beoga. Saat ini, warga belum bisa dievakuasi keluar dari Beoga karena terkendala transportasi.
Distrik Beoga mencekam setelah Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) melakukan pembakaran dan penembakan di Kampung Julukoma. Aksi itu menyebabkan dua orang guru meninggal dunia. Guru bernama Oktovianus Rayo tewas ditembak pada Kamis (8/4) dan Yonatan Renden ditembak pada Jumat (9/4). Sementara, 12 ruangan di SMA Negeri I Beoga dan SMP Negeri I Beoga hangus terbakar.
"Saya berharap ASN dan semuanya tetap berada di Beoga sampai kondisi aman, baru saya izinkan keluar. Selaku Bupati Puncak saya akan mengizinkan mereka selama dua atau tiga pekan meninggalkan tempat tugas," kata Bupati Wandik, Selasa (13/4).
Menurut dia, bila situasi sudah kondusif, Pemda Puncak akan membantu memfasilitasi transportasi bagi mereka. Para pekerja itu, kata dia, membutuhkan pemulihan trauma dengan keluar sementara dari wilayah tersebut. Setelah itu, mereka diharapkan kembali bertugas ke Beoga karena masyarakat sangat membutuhkan pelayanan mereka.
Kepala Polsek Beoga Ipda Ali Akbar mengatakan, saat ini warga membutuhkan cadangan logistik. Sejak terjadinya kasus penembakan pada Kamis (8/4), tidak ada lagi pesawat yang masuk dan mendarat di Beoga. Sementara, pesawat yang mengevakuasi jenazah dua orang guru tidak membawa bahan makanan.
"Sehingga warga bertahan dengan bahan makanan yang ada," kata Ali, kemarin. Menurut dia, ada 12 warung atau kios besar dan kecil di sana. Namun persediaan mereka juga mulai menipis.
Pesawat, kata Ali, tidak mudah mendarat di lapangan terbang Beoga karena sebelum mendarat harus terbang melintasi bagian utara yang menjadi tempat persembunyian KKSB. "Pintu masuk ke lapangan terbang Beoga melalui sisi utara dimana KKSB bersembunyi sehingga saat pesawat terbang rendah, ketika mau mendarat, dapat menjadi sasaran tembak, " kata Ali.
Hingga Selasa, tiga orang warga masih mengungsi di kantor Polsek. Kemudian, delapan orang mengungsi di koramil dan 31 orang memilih tetap tinggal di rumahnya yang dekat koramil.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua, Christian Sohilait menyebutkan, total kerugian atas pembakaran sekolah mencapai Rp 7,2 miliar. Sejak Kamis (8/4), KKSB sudah dua kali membakar sekolah dengan total ruangan yang dibakar 12 unit.
"Pembakaran pertama dilakukan pada Kamis (7/4) sore yang menyebabkan tiga ruang SMA Negeri I Beoga hangus terbakar," katanya, kemarin. Pembakaran kedua pada Ahad (11/4) malam yang menghanguskan sembilan ruangan di SMP Negeri I Beoga.
Ia mengaku bingung mengapa KKSB melakukan aksi pembakaran tersebut. Pasalnya, aksi tersebut bisa berakibat fatal karena anak-anak di Beoga yang merupakan kawasan pedalaman tidak dapat mengenyam pendidikan dengan baik. "Kami berharap aparat keamanan bisa segera menindak para pelaku pembunuhan dua orang guru dan juga pelaku pembakaran fasilitas sekolah di Beoga," kata dia.
Kepala Satuan Tugas Nemangkawi, Brigjen Polisi Roycke H Langie mengatakan, pihaknya telah menggelar semua pasukan ke beberapa wilayah zona mini, yaitu Mimika, Intan Jaya, Beoga, dan Ilaga. Menurut dia, situasi mulai terkendali pascapenembakan di Beoga.
"Situasi di Ilaga dan Beoga sudah kami kuasai dan seluruh kegiatan bisa berangsur-angsur berlangsung dengan normal," ujar dia.