REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pemerintah Kota Bandung meminta warga mengenali lingkungan sekitarnya untuk menyiapkan mitigasi bencana saat memasuki masa pancaroba.
Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Logistik Diskar PB Kota Bandung Roby Darwan mengatakan upaya mitigasi itu penting untuk meminimalkan timbulnya kerugian akibat datangnya bencana. Apalagi di masa pancaroba, cuaca ekstrem diprediksi akan melanda wilayah Bandung.
"Misalnya sering banjir. Mereka harus sudah mulai bisa mitigasi untuk keluarganya dan warganya, sehingga banjir itu tidak menyebabkan kerugian bagi mereka," kata Roby di Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/4).
Dalam mengantisipasi terjadinya bencana di masa pancaroba dan menjelang musim kemarau, Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) menurutnya selalu siap siaga selama 24 jam dan terus melakukan langkah-langkah mitigasi.
"Dalam penanggulangan bencana kami sudah siap, baik dari segi alat maupun SDM. Peralatan kami sudah mumpuni di saat terjadi hujan deras dan angin kencang," kata dia.
Selain itu, ia pun mengingatkan warga agar lebih sering mengecek instalasi listrik atau pohon dan kayu kering yang mudah terbakar pada musim kemarau yang akan datang.
"Karena ketika kayu yang kering terkena percikan listrik itu apinya bisa cepat tinggi. Jadi jangan lupa sering mengecek terutama aliran listrik, karena dari kasus kebakaran yang kami terima itu sering terjadi karena korsleting listrik," katanya.
Sementara itu Koordinator Data dan Informasi BMKG Kota Bandung Rasmid mengatakan sebagian besar wilayah di Jawa Barat termasuk Kota Bandung kini memasuki masa pancaroba atau peralihan antara dua musim, yaitu dari musim hujan ke musim kemarau.
Menurutnya masa pancaroba biasanya disertai dengan adanya fenomena cuaca, seperti hujan deras dengan durasi singkat, angin kencang, petir, puting beliung, dan hujan butiran es.
BMKG sendiri menurutnya memprediksi cuaca di Bandung akan menjadi tidak menentu selama masa peralihan musim yang berlangsung hingga Mei 2021 mendatang. Contohnya, kata dia, sebagian wilayah akan terasa panas, dan di sebagian lagi hujan deras akan lebih sering terjadi.
Menurut Rasmid, fenomena tersebut terjadi karena saat ini memang masih ada sebagian wilayah yang masih memiliki potensi hujan cukup tinggi pengaruh dari curah hujan pada musim hujan sebelumnya yang 40 persen lebih tinggi dari biasanya.
"Karena beberapa fenomena bertumpuk di waktu bersamaan. Seperti La nina, itu menyumbang uap air untuk wilayah Indonesia. Ada juga fenomena gangguan iklim atau cuaca di sekitar khatulistiwa," kata Rasmid.