Sabtu 05 Jun 2021 20:22 WIB

Dinsos Cirebon Data Penyandang Disabilitas untuk Divaksin

Di Kota Cirebon tercatat 525 penyandang disabilitas.

Dinsos Cirebon Data Penyandang Disabilitas untuk Divaksin (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Dinsos Cirebon Data Penyandang Disabilitas untuk Divaksin (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DSPPPA) Kota Cirebon, Jawa Barat mulai melakukan pendataan terhadap penyandang disabilitas fisik, intelektual, sensorik, dan mental untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.

"Kita masih mendata untuk penyandang disabilitas yang akan divaksin," kata Kepala Bidang Sosial DSPPPA Kota Cirebon Aria Dipahandi di Cirebon, Sabtu (5/6).

Dia menyebut di Kota Cirebon tercatat 525 penyandang disabilitas yang terdiri atas fisik, intelektual, sensorik, dan mental. Namun, dari jumlah tersebut, tidak seluruhnya memenuhi persyaratan untuk divaksin.

Ia mengatakan dari 525 orang, data sementara terdapat 60 orang yang memenuhi persyaratan dari segi usia dan persyaratan lainnya, namun baru 17 orang bersedia divaksin. "Data ini kemungkinan akan berubah, mudah-mudahan terus bertambah yang mau divaksin," tuturnya.

Untuk vaksinasi COVID-19 terhadap penyandang disabilitas, lanjut Aria, sudah dilakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) sebagai pihak teknis yang melakukan vaksin. "Koordinasi belum terlalu intens tapi sudah pernah diawali. Untuk jadwal vaksin maupun tempatnya belum ditentukan," katanya.

Pendamping Disabilitas DSPPPA Kota Cirebon Nakiah Dimitri Kertanegara mengatakan dari total 525 penyandang disabilitas ini yang termuda umur sembilan tahun, tentu tidak masuk kriteria penerima vaksin.

"Sehingga dari segi umur ada yang tidak memungkinkan untuk divaksin, karena ada yang masih di bawah umur 18 tahun," katanya.

Nakiah mengaku sudah berkeliling mengunjungi penyandang disabilitas ini untuk menyampaikan rencana vaksinasi COVID-19.Namun, ia mengaku menemukan hambatan seperti penyandang disabilitas mental, di mana mereka harus didampingi keluarga sebab sebelum divaksin ada proses "screening" atau penapisan kesehatan.

Ia mengakui di antara mereka ada juga yang telah memenuhi persyaratan vaksin namun justru enggan untuk divaksin. "Jadi di antara mereka ini juga ada yang mau dan ada yang tidak mau, selain juga tidak memenuhi persyaratan untuk divaksin, kemudian dikhawatirkan keluarga juga turut memengaruhi," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement