Senin 05 Jul 2021 13:44 WIB

RSKIA Bandung Batasi Layanan Rawat Inap Pasien Non Covid-19

RSKIA Bandung membatasi layanan rawat inap non Covid-19 akibat keterbatasan oksigen

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Petugas kesehatan berada di depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan berada di depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung terpaksa membatasi sebagian layanan rawat inap bagi pasien non Covid-19 akibat keterbatasan oksigen dan masih menutup beberapa layanan poliklinik. Oksigen yang ada diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pasien Covid-19.

"Masih ada penutupan terutama di poli dan pelayanan beberapa rawat inap kita kurangi, gak full biasanya," ujar Direktur RSKIA Bandung, dr Taat Tagore kepada wartawan saat dihubungi, Senin (5/7).

Ia menuturkan, penutupan sebagian layanan dan pembatasan pasien rawat inap non Covid-19 dilakukan karena banyak tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19 dan pasokan oksigen yang belum stabil. Saat ini, pihaknya tidak memiliki stok oksigen untuk pasien.

"Kondisinya gak ada stok. Biasanya kita aman seharian, nah ini gak ada jaminan. Sekarang ada, enam jam kalau gak ada pasokan kocar kacir. Jadi ya kita harus mengamankan stok minimal sehari," ungkapnya.

Dr Taat mengatakan pihaknya mengurangi pemakaian oksigen dengan cara mengurangi pasien yang akan rawat inap. Diharapkan pemakaian oksigen tidak akan terlalu tinggi dan pasien Covid-19 bisa bertahan.

"Mau tidak mau makanya harus dikurangi kebutuhan oksigen dengan cara mengurangi pasien yang rawat inap lainnya seperti pasien penyakit dalam, bedah, dan anak kurangi. Supaya konsumsi oksigen gak terlalu tinggi dan pasien Covid-19 bisa bertahan lebih lama," katanya.

Saat ini, keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 sudah penuh dan terdapat 4 pasien diantaranya menunggu (waiting list) di instalasi gawat darurat (IGD). Pihaknya juga sempat menutup layanan dan membuka kembali dengan harapan tidak terdapat pasien yang harus menunggu di IGD.

Dr Taat mengaku sudah berupaya untuk mencari solusi pemenuhan oksigen dan mencari cara lain. Namun, jika memang tidak ada maka sulit untuk memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit.

"Kelihatannya permintaan sangat meningkat pesat dan produksi oksigen gak tahan kalau dihajar begini terus," katanya. Kebutuhan per hari oksigen di RSKIA mencapai 300 tabung dan saat ini ketersediaanya kurang dari jumlah tersebut.

"Kurang dari itu (300) paling datang 60, datang 60 datang 60 makanya auto degdegan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement