Rabu 14 Jul 2021 22:22 WIB

Disperindag Garut Sebut Harga Oksigen Naik Akibat Langka

Oksigen ini diprioritaskan untuk menolong pasien Covid-19

Disperindag Garut Sebut Harga Oksigen Naik Akibat Langka (ilustrasi).
Foto: Antara/Indrayadi TH
Disperindag Garut Sebut Harga Oksigen Naik Akibat Langka (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, Jawa Barat menyampaikan hasil pengecekan di pasaran harga oksigen terjadi kenaikan per tabungnya akibat adanya kelangkaan barang karena pasokan dari distributor minim sejak pandemi COVID-19.

"Pada intinya bahwa ketersediaan oksigen hari ini untuk Kabupaten Garut masih dianggap langka," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut Heri Gunawan usai melakukan pengecekan stok oksigen di Garut, Rabu (14/7).

Ia menuturkan Disperindag Garut mendadapatkan laporan dari masyarakat terkait langkanya tabung oksigen untuk kebutuhan medis maupun bukan medis dan terjadi kenaikan harga sejak terjadinya lonjakan kasus COVID-19. Adanya laporan itu, kata dia, tim dari Disperindag Garut mengecek langsung ke lapangan untuk mengetahui stok oksigen di depot penjualan yakni Depot Sigi dan Tawakal di Kecamatan Karangpawitan, dan Depot Tasman di Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul.

Ia mengungkapkan hasil pengecekan di Depot Sigi hanya memiliki 500 tabung dan yang hanya terisi oleh distributor hanya 15 tabung, sisanya kosong. Selanjutnya Depot Tawakal dari 200 tabung yang terisi hanya 15 tabung. "Di Depot Tasman sedikit ada peningkatan memiliki 800 tabung, mereka permintaan ke Bandung dipasok 100 tabung," katanya.

Terkait harga jual oksigen untuk tabung 6 kubik, kata dia, terjadi kenaikan dari distributornya pada kisaran Rp80 ribu sampai Rp100 ribu per tabung, sebelum adanya lonjakan kasus COVID-19 pada kisaran Rp38 ribu sampai Rp40 ribu. Depot oksigen di Garut, kata dia, hanya bisa menjual untuk kebutuhan medis seharga Rp120 ribu, sedangkan untuk kebutuhan bukan medis seperti oksigen untuk usaha perikanan harganya lebih mahal dari medis.

"Untuk puskesmas atau klinik menjual Rp120 ribu, lalu ada kegiatan di luar COVID-19, seperti untuk perikanan dihargai lebih dari itu," katanya.

Ia menambahkan kegiatan pengecekan tersebut sekaligus menyampaikan tentang arahan pimpinan tentang penjualan oksigen yang harus diprioritaskan untuk penanganan kesehatan masyarakat di antaranya yang terjangkit wabah COVID-19. "Bahwasannya oksigen ini diprioritaskan untuk menolong pasien COVID-19, ketersediaan untuk pelayanan pasien yang sesak napas," katanya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement