Kamis 15 Jul 2021 13:43 WIB

BPBD Sukabumi Proyeksikan 2.089 KK Terdampak Kekeringan

BPBD mengantisipasi dampak kekeringan berupa kesulitan air bersih.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Muhammad Fakhruddin
BPBD Sukabumi Proyeksikan 2.089 KK Terdampak Kekeringan (ilustrasi).
Foto: Rumah Zakat
BPBD Sukabumi Proyeksikan 2.089 KK Terdampak Kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sukabumi mulai memetakan proyeksi warga yang terdampak kekeringan. Sebab saat ini wilayah Sukabumi mulai memasuki awal musim kemarau.

Dari data BPBD Kota Sukabumi menggambarkan, jika terjadi kekeringan maka berpotensi berdampak pada sebanyak 2.089 kepala keluarga (KK) atau terdiri atas 6.619 jiwa di enam kecamatan. ''Data ini dari hasil proyeksi potensi kekeringan 2021 di Kota Sukabumi per 14 Juli 2021,'' ujar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami, Kamis (15/7).

Perkiraan jumlah potensi terdampak kekeringan totalnya sebanyak 2.089 kepala keluarga (KK) atau terdiri atas 6.619 jiwa. Rinciannya di Kecamatan Baros sebanyak 715 KK yang terdiri atas 1.426 jiwa dan Cibeureum 124 KK yang terdiri atas 372 jiwa.

Selanjutnya Kecamatan Cikole sebanyak 421 KK atau terdiri atas 1.161 jiwa dan Citamiang 272 KK terdiri atas 876 jiiwa. Berikutnya Kecamatan Lembursitu sebanyak 352 KK atau terdiri atas 2.164 jiwa dan Warudoyong sebanyak 205 KK yang terdiri atas 620 jiwa.

Sementara satu wilayah yakni Kecamatan Gunungpuyuh belum melaporkan data. Di sisi lain potensi kerentanan kekeringan sebanyak 6.649.736 meter persegi tersebar di enam kecamatan yakni Baros, Cibeureum, Lembursitu, Warudoyong, Cikole, dan Citamiang.

Zulkarnain menerangkan, BPBD mengantisipasi dampak kekeringan berupa kesulitan air bersih dengan berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya. Sehingga ketika ada laporan dampak kekeringan seperti hal itu bisa segera dipasok air bersih kepada warga.

Pada musim kemarau juga lanjut Zulkarnai, harus diwaspadai potensi kasus kebakaran lahan dan permukiman. Salah satu upayanya dengan mengimbau warga meningkatkan kewaspadaan dan tidak membakar lahan atau sampah secara sembarangan.

Hal ini ungkap Zulkarnain, dikarenakan pada musim kemarau bahan atau benda menjadi mudah terbakar. Sehingga ketika terpantik api maka akan mudah terbakar dan merembet ke permukiman warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement