Selasa 27 Jul 2021 18:31 WIB

Animo Masyarakat Tinggi Tapi Stok Vaksin Terbatas

Petugas di lapangan dengan terpaksa mengerem pelaksanaan vaksinasi.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sejumlah anak menjalani vaksinasi Covid-19 di Graha Asia Plaza, Kota Tasikmalaya, Selasa (27/7). Tercatat, setidaknya ada 1.026 anak yang mengikuti vaksinasi massal tersebut.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah anak menjalani vaksinasi Covid-19 di Graha Asia Plaza, Kota Tasikmalaya, Selasa (27/7). Tercatat, setidaknya ada 1.026 anak yang mengikuti vaksinasi massal tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Animo masyarakat di daerah untuk melakukan vaksinasi diklaim terus meningkat. Bahkan, di beberapa daerah stok vaksin yang ada sampai habis. Sementara, distribusi vaksin dari pemerintah pusat tak bisa dipastikan kedatangannya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, saat ini baru sekitar 17,26 persen dari total sasaran sebanyak 560.243 penduduk Kota Tasikmalaya yang menjalani vaksinasi dosis pertama. Sementara angka untuk warga Kota Tasikmalaya yang telah menerima dosis kedua lebih rendah lagi, hanya sekitar 9 persen.

"Itu sudah ditambah vaksinasi yang dilakukan dari instansi lainnya, seperti TNI dan Polri," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (27/7).

Menurut dia, capaian vaksinasi yang masih rendah itu bukan karena pelaksanaan tak masif, apalagi karena masyarakat menolak vaksinasi. Kendala utama capaian vaksinasi rendah di Kota Tasikmalaya disebabkan distribusi vaksin yang terbatas.

Karenanya, petugas di lapangan dengan terpaksa mengerem pelaksanaan vaksinasi. Sebab, hingga saat ini Kota Tasikmalaya belum mendapat lagi kiriman vaksin dari pusat.

"Saat ini stok vaksin di gudang farmasi Kota Tasikmalaya sudah habis," kata Asep.

Vaksin yang ada di gudang farmasi Kota Tasikmalaya sudah seluruhnya didistribusikan ke puskesmas. Menurut Asep, stok yang ada di puskesmas tak bisa dialihkan untuk penyuntikan kepada masyarakat baru. Sebab, stok vaksin itu hanya tersisa untuk penyuntikan dosis kedua kepada masyarakat. 

Apabila semua stok vaksin yang ada disuntikkan ke masyarakat, petugas akan kebingungan ketika jadwal untuk penyuntikan kedua tiba. Sebab, tak ada kepastian terkait distribusi vaksin ke Kota Tasikmalaya. Dikhawatirkan, ketika tiba waktunya jadwal suntikan kedua kepada masyarakat, tapi tak ada vaksinnya, petugas di lapangan akan menjadi sasaran. 

"Kalau kita pakai vaksin dosis dua untuk yang lain, ketika jadwal suntikan kedua tiba tapi tak ada vaksin, kita mau bagaimana? Kan petugas yang jadi sasaran. Soalnya suntikan dosis kedua sudah dijadwal by name by address, jadi tak bisa digunakan untuk suntikan dosis pertama," kata dia.

Asep mengatakan, Gunernur Jawa Barat (Jabar) memberi arahan untuk mengalokasikan stok vaksin yang ada agar digunakan untuk percepatan capaian vaksinasi. Namun, berdasarkan surat edaran dari pusat, vaksin untuk suntikan kedua itu harus diprioritaskan.

"Kita jadi galau. Di satu sisi harus cepat, tapi alur distribusi vaksin tak lancar," kata dia.

Asep menegaskan, petugas di daerah siap saja jika ditargetkan melakukan vaksinasi kepada 4.000 orang per harinya. Asalkan, distribusi vaksinnya juga berjalan lancar. Menurut dia, percepatan vaksinasi akan sulit tercapai apabila alur distribusinya tak lancar.

Ia mengungkapkan, saat ini animo masyarakat untuk melakukan sangat luar biasa. Apalagi, sertifikat vaksinasi juga sudah menjadi syarat banyak hal, termasuk untuk melakukan perjalanan.

Namun, distribusi vaksin dari pusat masih terbatas. Menurut dia, distribusi vaksin ke Kota Tasikmalaya tak bisa ditentukan datangnya. "Kadang dua minggu sekali, kadang sebulan sekali. Suka-suka mereka. Pernah kita kehabisan stok, kota minta buffer stock milik provinsi. Itu pun yang dikasih jauh permintaan, minta 5.000 vial hanya datang 500 vial," ujar dia.

Ia pun mempertanyakan faktor yang menyebabkan distribusi vaksin ke Kota Tasikmalaya yang terbatas. Padahal, pelaksanaan vaksinasi di Kota Tasikmalaya dinilai cepat. 

"Katanya pembaginya didasari dari jumlah penduduk, tapi kan harusnya disesuaikan juga dengan kecepatan layanan vaksinasi di daerah lain," kata dia.

Keterbatasan stok vaksin tak hanya dirasakan di Kota Tasikmalaya. Di Kabupaten Garut, hal serupa juga dirasakan. 

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani menilai, animo masyarakat untuk melakukan vaksinasi sudah cukup tinggi, termasuk di wilayah perdesaan. Berdasarkan laporan yang diterimanya, setiap puskesmas melakukan vaksinasi, jumlah warga yang datang selalu melebihi target.

"Saya dapat banyak laporan vaksin sudah habis di puskesmas. Saya biasanya suruh mereka untuk pinjam ke TNI atau ke puskesmas lain," kata dia.

Leli menambahkan, saat ini masyarakat justru lebih aktif meminta divaksin. Hal itu kemungkinan disebabkan banyak masyarakat yang sudah paham. Mereka melihat banyak kasus Covid-19 semakin tinggi dan yang meninggal semakin banyak.

Ia menyebutkan, di Kabupaten Garut terdapat sekitar 2 juta penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi. Namun, saat ini baru sekitar 150 ribu orang yang menjalani vaksinasi.

"Masih jauh, karena kita terkendala stok vaksin. Sekarang saja di puskesmas banyak yang kosong. Kalau kita siap melaksanakan," kata dia.

Leli menyatakan, berdasarkan arahan pemerintah pusat, vaksinasi ditargetkan tuntas pada Agustus. Namun, melihat distribusi vaksin yang sangat terbatas, kemungkinan 2 juta warga Garut baru selesai menjalani vaksinasi pada akhir 2021.

"Mungkin akhir tahun baru tercapai, asal droping vaksin bagus. Sekarang droping rata-rata 500 vial sekali datang. Tapi itu juga tak tentu waktunya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement