REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Puluhan calon jamaah umroh dari Darul Falah Tour & Travel Indramayu tetap siap berangkat umroh meskipun biaya keberangkatannya membengkak. Pembengkakan biaya itu karena jamaah umroh Indonesia wajib menjalani karantina 14 hari di negara ketiga terlebih dahulu, sebelum terbang ke Arab Saudi.
‘’Ada sekitar 20 orang jamaah kami yang menyatakan siap, berapapun biayanya,’’ ujar Direktur PT Raudhatul Mutaallimin Kepolo Darul Falah Tour & Travel Indramayu, Ahmad Munsit Abdulillah, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (27/7).
Ahmad Munsit menjelaskan, meski pemerintah Arab Saudi kembali membuka umroh internasional mulai 1 Muharam 1443 H/10 Agustus 2021, namun Indonesia masuk ke dalam daftar negara yang warganya tidak bisa langsung terbang ke Arab Saudi. Hal itu menyusul tingginya kasus Covid-19 di Indonesia.
‘’Jika menginginkan keberangkatan ke Arab Saudi, maka calon jamaah umroh asal Indonesia wajib karantina terlebih dahulu selama 14 hari di negara ketiga,’’ kata Ahmad Munsit.
Kewajiban itu, lanjut Ahmad Munsit, secara otomatis akan membuat biaya perjalanan umroh jadi membengkak. Pasalnya, dibutuhkan sewa hotel maupun biaya makan selama 14 hari karantina di luar negeri.
‘’Biaya umroh bisa meningkat tiga kali lipat,’’ terang Ahmad Munsit.
Munsit mencontohkan, dalam kondisi normal, biaya perjalanan umroh selama 12 hari di travel yang dipimpinnya mencapai Rp 30 juta. Dengan kewajiban karantina 14 hari di negara ketiga maupun biaya ekstra lainnya yang harus dikeluarkan, maka biayanya kemungkinan bisa membengkak sampai Rp 60 juta atau bahkan mungkin bisa sampai Rp 90 juta.
Meski demikian, lanjut Munsit, sebanyak 20 orang jamaah menyatakan tetap siap berangkat. Selain memiliki kemampuan finansial, mereka juga sangat ingin segera pergi menunaikan ibadah umroh.
‘’Mereka sudah sangat rindu beribadah ke Baitullah,’’ tukas Ahmad Munsit.
Selain 20 orang jamaah yang menyatakan siap, lanjut Ahmad Munsit, puluhan jamaah lain dibawah travelnya memilih sikap menunggu hingga kondisi normal. Apalagi, saat ini masih ada sejumlah aturan yang belum memperoleh penjelasan detil dari pihak pemerintah Arab Saudi.
Salah satunya mengenai ketentuan karantina selama 14 hari. Pemerintah Arab Saudi hingga kini belum menjelaskan apakah jamaah umroh diperbolehkan menjalani city tour di negara transit atau harus 14 hari menetap di kamar hotel.
‘’Kalau hanya menetap di kamar hotel selama 14 hari, tentu akan terasa jenuh,’’ tutur Munsit.
Sedangkan jika city tour di negara transit diijinkan, maka akan turut menambah biaya yang harus dikeluarkan.
Munsit berharap, pemerintah Indonesia bisa melobi pemerintah Arab Saudi agar mengijinkan jamaah umroh asal Indonesia untuk bisa langsung terbang ke Arab Saudi. Dia menyatakan, normalnya kembali perjalanan umroh akan bisa membantu memulihkan perekonomian Indonesia melalui jalur peribadahan.