Jumat 13 Aug 2021 14:34 WIB

BOR di Jabar Turun Drastis Pecahkan Rekor Hanya 34 Persen

Pada 28 agustus ada vaksin serempak di 27 daerah dengan tagline Merdeka Covid-19.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil meninjau pelaksanaan vaksinasi di Gelora Saparua, Jumat (13/8).
Foto: dok Humas Pemprov Jabar
Gubernur Jabar Ridwan Kamil meninjau pelaksanaan vaksinasi di Gelora Saparua, Jumat (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat semakin turun. Agar tetap terjaga, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat berupaya terus memaksimalkan vaksinasi massal.

Menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, BOR rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar terus turun hingga memecahkan rekor. Bahkan per Jumat (13/8), berada di angka 34 persen. Angka tersebut, rekor terendah, mendekati rekor paling rendah 28 persen saat Idul Fitri. "Jadi sudah lewat puncak gunung kedaruratannya saat BOR kita 91 persen, sekarang sudah turun tinggal sepertiganya di 34 persen," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Emil menilai, di tengah kondisi darurat yang sudah melandai, saatnya Jabar menggencarkan vaksinasi Covid-19. Terlebih ditargetkan akhir 2021 mendatang, kekebalan kelompok atau herd immunity dapat tercapai dan masyarakat dapat mulai hidup beradaptasi. 

"Karena Covid-19 tidak akan hilang dalam hidup kita, itu dugaan saya. Tapi kita tidak lagi dalam kecemasan dengan skala pandemi, tidak ada lagi kedaruratan yang membuat kita susah ekonomi, yang ada adalah semua usaha boleh buka, sekolah boleh buka, tapi tetap tetap pake masker, selama 5 M. Selama 5 M dijaga," paparnya. 

Menurut Emil, percepatan program vaksinasi Covid-19 di Jabar mengalami progres yang positif. Tiga bulan lalu, menurut dia,  cakupan vaksinasi hanya 50.000 dosis per hari dan kini naik tiga kali lipat hingga 150.000 per harinya. 

Namun, Emil mengakui jumlah penduduk Jabar yang sangat besar mengharuskan Jabar terus memperluas cakupan vaksinasi. Bahkan, Jabar harus mampu mencapai 400.000 dosis per hari, agar target herd immunity Desember 2021 dapat tercapai. 

"(Cakupan) 400.000 (dosis) per hari sudah kami sampaikan ke pemerintah pusat, itu syarat kami bisa selesai di bulan Desember," katanya.

Oleh karena itu, Emil meminta supply vaksin Jawa Barat harus proporsional dengan jumlah penduduknya. Karena selama ini jumlah vaksin yang diberikan memang Jawa Barat paling banyak, tapi kurang proporsional jadi seharusnya berlipat-lipat.

Untuk mengejar target 400.000 dosis per hari, kata dia, Jabar membutuhkan pasokan vaksin hingga 15 juta dosis per bulan dengan dua strategi vaksinasi.  Yakni mengoptimalkan infrastruktur pemerintah, termasuk klinik dan rumah sakit serta pihak-pihak penyelenggara sentra vaksinasi. 

"Strategi kedua inilah yang diperlihatkan melalui kolaborasi banyak pihak. Di Gelora Saparua ini melalui salah satunya JQR, BB1 persen MC, Stikes. Kemudian kami tentunya dititipkan oleh Komite Vaksinasi Jabar, kadisdik yang saya tugaskan dan semua sponsor-sponsor yang ternyata banyak sekali. Kenapa? Karena kedaruratan kita sudah sudah turun gunung," katanya. 

Sementara menurut Ketua Divisi Percepatan Vaksinasi Covid-19 Jabar, Dedi Supandi, pihaknya bakal terus menggencarkan vaksinasi dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada. "Ada substitusi perencanaan, pos vaksin dan mobilisasi, ini ada di setiap daerah. Lalu pokja vaksin, yang terus mobile di daerah," kata Dedi Supandi.

Memasuki Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus ini pihaknya juga akan memanfaatkan momentum dalam upaya mempercepat vaksinasi, termasuk vaksinasi yang digelar serentak di 27 kabupaten/kota di Jabar. 

"Jadi nanti di 28 agustus akan ada vaksin serempak di 27 daerah dengan tagline Merdeka Covid-19. Kami dan gubernur akan menyaksikan secara virtual. Kegiatan ini sekaligus untuk mencapai simulasi 400.000 dosis per hari," kata Dedi.

Dedi mengatakan, pihaknya pun akan mengerahkan pelajar di Jabar dalam upaya percepatan vaksinasi. Nantinya, setiap pelajar akan membawa tiga anggota keluarganya untuk divaksin.  "Jadi, bagaimana siswa bisa membawa tiga orang, misalnya orang tua atau kakek dan neneknya, agar upaya percepatan vaksinasi ini dapat terwujud," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement