Sabtu 14 Aug 2021 22:45 WIB

Telkom Ajak Startup Manfaatkan Use Case Laboratorium 5G

Indonesia tidak hanya menjadi pasar tetapi juga menjadi pengguna.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Telkom Ajak Startup Manfaatkan Use Case Laboratorium 5G (ilustrasi).
Foto: Telkomsel
Telkom Ajak Startup Manfaatkan Use Case Laboratorium 5G (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- PT Telkom menawarkan layanan Use Case Laboratorium 5G untuk startup eksternal dan internal untuk mengakselerasi layanan 5G di Indonesia. 

Menurut Operation Vice President Group of Digital Strategy PT Telkom, Riza Rukmana, laboratorium tersebut dibangun di atas container merujuk Arsitektur Stand Alone (SA) secara end-to-end dan secara khusus diperuntukkan dalam pengembangan 5G Use Case. 

"Lab ini dibangun atas kerja sama Telkom dengan pemilik teknologi yaitu Cisco dan ZTE. Cisco lebih fokus pada penyediaan element transport dan data center, sedangkan ZTE menyediakan sarana ujicoba secara end-to-end," ujar Riza dalam siaran persnya, Sabtu (14/8). 

Riza mengatakan, laboratorium ini diperlukan seluruh ekosistem teknologi informasi komunikasi (TIK) di Indonesia. Sebab, bisnis 5G sangat berbeda dengan generasi sebelumnya di mana pada bisnis 5G lebih banyak bertumpu model bisnis perusahaan ke perusahaan (B2B//business to business) dibanding perusahaan ke pengguna akhir (B2C/business to consumer). 

"Merujuk operator seluler NTT Docomo, Jepang yang telah dahulu masuk ke 5G, guna mencari use case yang tepat mereka telah mengembangkan lebih dari 50 vertical use case bersama pemimpin pasar seperti Sony, Xerox, Komatsu, ANA, dan seterusnya dalam skema B2B," paparnya.

Dari skema B2B, kata dia, lalu diperluas kerjasama ke B2B2X/Business to Business to Customer di bidang manufaktur, kesehatan, kota cerdas, dan lain-lain. NTT Docomo juga bekerjasama dengan integration partner dan penyedia pasok rantai ekosistem guna selanjutnya melayani vertical market. 

"Karenanya, use case lab 5G Telkom ini diharapkan dapat menjadi wahana  pengembangan 5G yang ingin dikembangkan Telkom Group sehingga nantinya mekanisme penyediaan layanan 5G ke pasar tidak hanya sebagai dumb pipe (penyedia infrastruktur, red) saja," katanya. 

Riza mengatakan, laboratorium ini juga penting. Karena layanan 5G memerlukan investasi mahal baik dari aspek lisensi dan infrastruktur, sehingga diperlukan suatu riset dan inovasi untuk mendapatkan lesson learnt sebelum melangkah lebih jauh. 

"Kami berharap, kepada seluruh ekosistem TIK di Indonesia, khususnya startup baik luar maupun dalam Telkom Group, termasuk Indigo dan Amoeba, kita bersama manfaatkan laboratorium ini. Selain untuk akserlasi adopsi 5G ke bisnis nyata, juga penting bagi kita membangun partnership guna mencari solusi vertical market, serta merealisasikan ide use case," paparnya. 

Untuk menunjang kemudahan kerjasama tersebut, kata dia, telah disiapkan suatu digital touch point. Para peminat dapat menghubungi pengelola fasilitas Lab 5G di platform yang telah disiapkan yaitu di alamat https://oasislab.id/. 

Menurutnya, semua pengajuan yang masuk ke pengelola lab 5G bersama para mitra pemilik teknologi akan mempertimbangkan proposal kerja sama dan menindaklanjuti ke tahap lebih lanjut.

Telkom DxB juga berharap, kata dia, Use Case Lab 5G bisa melaksanakan program transfer knowledge 5G dan koordinasi dengan para startup. Sebab, solusi-solusi yang dapat diciptakan dari kemampuan 5G dan dibutuhkan pasar biasanya akan lebih tepat karena problem riil yang dirasakan para pemain di bidangnya. 

Pada akhirnya, kata dia, upaya ini diharapkan Telkom yang ingin berkontribusi agar dalam era 5G ini, Indonesia tidak hanya menjadi pasar tetapi juga menjadi pengguna. "Selain startup, diperlukan juga kerjasama dengan siswa, mahasiswa, dan universitas pun guna peningkatan hard skill mereka dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement