Ahad 15 Aug 2021 13:28 WIB

Remaja Masjid di Bandung Ikuti Pelatihan Cegah Hoaks

Para remaja masjid tidak boleh bermalas-malasan dalam menimba ilmu.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Remaja Masjid di Bandung Ikuti Pelatihan Cegah Hoaks. Berita palsu atau hoaks.
Foto: Pixabay
Remaja Masjid di Bandung Ikuti Pelatihan Cegah Hoaks. Berita palsu atau hoaks.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Aktivis remaja masjid di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat mendapatkan pelatihan webinar literasi digital dan bahaya hoaks sejak Sabtu (14/8) hingga Ahad (15/8) kemarin. Kegiatan yang diselenggarakan remaja masjid ini bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruhzanul Ulum mendorong agar remaja masjid dapat terlibat dalam kegiatan di masyarakat dan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Ia mengajak agar mereka dapat mengoptimalkan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah namun untuk kegiatan sosial lain.

"Remaja masjid sebagai bagian dari aset masjid harus bisa mengambil peran krusial dalam mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pusat peradaban," ujarnya melalui keterangan yang diterima, Ahad (15/8).

Ia berharap agar remaja masjid dapat membuat kepengurusan yang kuat, memiliki jaringan serta terus membangun kapasitas menjadi lebih baik. Para remaja masjid tidak boleh bermalas-malasan dalam menimba ilmu pengetahuan.

Wakil Atase Pers Kedubes AS, Nick Geisinger mengatakan kegiatan pelatihan bagi remaja masjid diharapkan dapat melahirkan agen-agen perubahan yang lebih baik. Mereka pun diharapkan dapat meningkatkan kapasitas diri masing-masing.

"Pemerintah AS menjadi kawan bagi seluruh bangsa Indonesia termasuk remaja agar bisa menjadi ke arah positif yang bisa dimulai dari lingkungan keluarga dan sekitarnya," ungkapnya.

Pemateri pelatihan yang juga pegiat literasi digital, Deni Yudiawan mengatakan perkembangan teknologi yang pesat berdampak kepada informasi yang mudah diperoleh masyarakat. Kondisi tersebut membuat berita-berita hoaks atau bohong dapat dengan mudah muncul.

"Tak semua informasi yang beredar di media sosial adalah fakta," ujarnya Ketua Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia. Ia mengatakan, terdapat informasi yang beredar di internet adalah bohong atau hoaks.

"Informasi palsu diantaranya disebarkan lewat pesan berantai, gambar, dan pemberitaan situs abal-abal. Ada berita yang diubah judulnya karena mengganti atau menyisipkan judul sangat mudah lalu discreenshot seakan-akan berita asli," ungkapnya.

Dia mengajak agar pengguna media sosial wajib waspada terhadap penyebaran hoaks khususnya lewat sebuah pemberitaan. Ia mengatakan penguna media sosial dapat membedakan situs berita asli dan yang tidak diantaranya dengan mengecek domain situs.

"Sebuah situs pemberitaan biasanya menggunakan domain yang resmi dan terdaftar misalnya .com, .co.id, .id, dan sebagainya" katanya. Selain itu, situs abal-abal banyak menggunakan nama-nama bombastis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement