Jumat 27 Aug 2021 21:05 WIB

Prodi Akuntansi FEB Unisba Berikan Pelatihan ke Pabrik Tahu

Produksi tahu mengalami kesulitan pasokan bahan baku olahan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Prodi Akuntansi FEB Unisba Berikan Pelatihan ke Pabrik Tahu (ilustrasi).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Prodi Akuntansi FEB Unisba Berikan Pelatihan ke Pabrik Tahu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Islam Bandung (UNISBA) kembali menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM). Yakni, mengangkat tema “Pemberdayaan UMKM Tahu Ciburial Melalui Manajemen Rantai Nilai” yang dilaksanakan dalam kurun waktu Maret sampai Agustus 2021.

Menurut Ketua tim PKM, Dr Nurleli, SE,M.Si., Ak. CA., pelatihan dan pendampingan yang diberikan terkait teknologi informasi Supply Chain Management (SCM). Tak hanya itu, UMKM yang berbasis industri pembuatan tahu tersebut juga dibekali dengan teknik pemasaran hasil olahannya melalui pemanfaatan marketplace. 

"Melalui PKM ini kami berharap bisa mendukung salah satu visi Desa Ciburial yaitu meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi masyarakat," ujar Nurleli dalam siaran persnya, Jumat (27/8).

Nurleli mengatakan, PKM ini terlaksana karena melihat UMKM di Desa Ciburial Kab Bandung, saat memproduksi tahu mengalami kesulitan pasokan bahan baku olahan. 

 

“Terbilang, 13 pabrik tahu mengalami kendala seretnya suplai kedelai dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir,” katanya.

Merujuk hal tersebut, kata dia, tim PKM yang beranggotakan 3 dosen dan 4 mahasiswa FEB Unisba, menindaklanjuti fakta tersebut dengan melakukan pelatihan dan pendampingan.

“Proses identifikasi masalah menemukan bahwa seretnya pasokan bahan baku kedelai juga dibarengi dengan masalah ketidakstabilan harga. Selain itu, pengusaha juga kesulitan memasarkan hasil produksinya melalui media social ataupun markerplace,” paparnya.

Fakta tersebut, kata dia, di dapat setelah tim melakukan sejumlah langkah seperti analisis menggunakan studi kualitatif yaitu studi literatur dan observasi yang dilakukan untuk mengkaji dan mengelompokkan data terkait kondisi mitra di lapangan. Studi kuantitatif juga ditempuh dengan membagikan kuisioner ke sejumlah pelaku UMKM.

"Dalam kurun waktu 6 bulan tersebut, tim PKM juga melakukan langkah kongkrit dengan melakukan pendataan langsung melalui ketua komunitas pelaku UMKM tahu," katanya.

Di samping itu, kata dia, tim PKM juga menghubungi pihak terkait yang membutuhkan bahan jadi yang dihasilkan yaitu tahu dengan pemasaran rutin. Karena setiap rumah setidaknya akan mengonsumsi tahu dalam setiap pekannya. 

Untuk optimalisasi teknologi informasi, kata dia, tim PKM juga membuat penawaran langsung yang menguntungkan pihak produsen dan marketplace (contoh: bukalapak, go food, tokopedia, dll). 

“Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan pendampingan dan pengawasan melekat demi efektifitas dan tercapainya tujuan pengabdian,” paparnya.

Menurutnya, dari kegiatan PKM yang telah dilakukan, dapat disimpulkan teknologi informasi serta tersedianya rantai pasokan bahan baku merupakan hal yang sangat penting demi terciptanya iklim usaha yang sehat. 

"Pemasaran baik branding ataupun penjualan hasil olahan juga tidak bisa lagi mengandalkan cara konvensional namun harus mulai menggunakan marketplace terlebih menghadapi depan yang masa serba digital," paparnya.

Nurleli mengatakan, fakta lain yang ditemukan tim PKM adalah pengelolaan  tahu masih menyisakan pekerjaan rumah. Yakni, hasil pendampingan memberikan penemuan baru di antaranya, bahan baku sampai saat ini dikuasai oleh pihak swasta, regulasi pemerintah sangat diperlukan. 

Selain itu, kata dia, untuk meningkatkan pendapatan UMKM pabrik tahu, tim nya mendorong dosen-dosen program studi akuntansi FEB Unisba untuk membeli produknya setiap pekan setiap hari Selasa, yang sudah dimulai dari bulan Agustus 2021. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement