Selain bekerja sama dengan IPB University dan Universitas Pakuan Bogor, Bima Arya juga akan melibatkan arkeolog, sejarawan, dan teknisi yang paham terkait penggalian terowongan. Terutama untuk mendalami adanya temuan bungker yang bisa memuat orang dewasa berdiri di sana.
“Kita akan fokus ke situ. Nanti kita akan lihat sama-sama turun ke situ ya. Harus dilibatkan semua ini. Sejarawan, arkeolog, kemudian yang teknik yang ngerti, yang biasa menggali terowongan,” kata Bima Arya.
Dosen Program Studi Belanda Universitas Indonesia Achmad Sunjayadi mengatakan, melihat sejarah Kota Bogor, dapat dikaitkan dengan keberadaan Istana Kepresidenan Bogor. Jika terowongan tersebut benar berfungsi sebagai bungker, bisa jadi bisa terhubung dengan wilayah Istana Bogor dan sekitarnya.
Lebih baik lagi, ujar dia, jika terdapat peta tata kota wilayah Bogor pada masa kolonial. Sehingga bisa diperkirakan apa fungsi dari terowongan tersebut.
“Kita lihat bagaimana sejarah Kota Bogor, kalau di masa kolonial itukan ada Istana Bogor, dan itu sempat menjadi tempat jenderal di sana. Mungkin perlu dikaitkan juga ke sana. Kalo misal itu bungker bukan saluran air, apakah nanti punya akses ke sana?” ucapnya.
Dia pun membenarkan langkah Bima Arya untuk melibatkan arkeolog. Sebab, dari situ bisa terlihat sejak tahun berapa bangunan kuno itu dibangun. Baik dari bebatuan, maupun material pembangunannya.
“Nanti dia bisa ini dari tahun berapa, abad ke-berapa bangunannya. Harus bersama arkeolog karena mereka yang tahu secara material. Mungkin dari tahun berapa batunya bisa dilihat. Karena belum lengkap keselurhhan juga kan baru beberapa bagian,” tuturnya.