REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Institut Teknologi Bandung (ITB) berencana akan menggelar perkuliahan tatap muka. Hal tersebut diungkapkan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB, Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng yang menyatakan mengenai kemungkinan dilaksanakannya perkuliahan tatap muka atau hybrid.“Persiapan kampus dibuka itu sudah dilakukan sejak tahun lalu, mulai dari pembukaan kuliah hibrida di Jatinangor,” ujar Jaka dalam siaran persnya, Jumat (3/9).
Namun sayangnya, menurut Prof Jaka, setelah 10 hari pelaksanaan percobaan kuliah hybrid itu dilaksanakan, kebijakan PPKM diterapkan sehingga kegiatan tersebut diberhentikan.
Prof Jaka mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi dari Dikti untuk dapat segera kelas tatap muka dilaksanakan. Tetapi tentu dengan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. “Kami membuka kampus itu tidak dengan gegabah, apalagi melibatkan ribuan mahasiswa dan dosen. Hal ini dilakukan secara rinci dan bertahap,” katanya.
Menurutnya, untuk tugas akhir, disertasi, dan tesis sudah mendapatkan izin untuk melaksanakan di dalam kampus.
Kemungkinan pembukaan kampus secara hibrida ini dilakukan, kata dia, karena tidak mungkin luring secara total. Maka pendataan sudah mulai dilakukan oleh ITB mengenai mata kuliah ataupun kegiatan yang perlu menjadi prioritas. Contoh kegiatan yang perlu diperhatikan adalah yang bersifat experience learning seperti praktikum, studio, dan kuliah lapangan.“Kami sarankan satu mata kuliah untuk setiap angkatan dan untuk setiap prodi. Itu yang kami sarankan, minimal," katanya.
Prof Jaka, optimistis setelah pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) dan keadaan membaik maka akan mulai dilakukan penyesuaian-penyesuaian kegiatan akademik. Namun, kapasitas yang dipatok tidak akan lebih dari 30 persen.
Prof Jaka menjelaskan, ITB telah melakukan survei. Dari total sekitar 25.000 student body di ITB, data menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen sudah melaksanakan vaksinasi baik itu dosis pertama maupun dosis kedua. Data ini kemudian dijadikan acuan serta bahan pertimbangan untuk pembukaan kegiatan akademik tatap muka di kampus, bersamaan dengan persetujuan dari orangtua/wali.
“Untuk mahasiswa TPB 2021, kami rencanakan dalam bentuk campus tour—bukan dalam bentuk jalan-jalan kampus, namun satu hingga dua mata kuliah praktikum yang bisa dilaksanakan di dalam kampus,” katanya.
Kondisi ini, tentu dinamis, bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi sehingga seluruh sivitas akademika yang ada di kampus diharapkan untuk tetap memahami hal tersebut.
Terkait evaluasi sesi praktikum yang tidak dapat dilaksanakan langsung di laboratorium, kata dia, serta metode terbaik sesi praktikum secara daring. Hal itu, telah diberikan panduan-panduan oleh WRAM, namun pelaksanaannya diserahkan kepada dosen setiap mata kuliah.
Untuk jangka panjang, Prof Jaka Sembiring mengimbau agar semua memperbarui mindset bahwa di masa depan, antara virtual dengan riil tidak akan bisa dibedakan. “Jadi, praktikum yang berbasis experience learning pada masa depan nantinya harus ditunjang dengan pembelajaran yang sifatnya virtual learning," katanya.
Sehingga, kata dia, sedikit demi sedikit ITB mendorong seluruh program studi untuk dapat mulai menciptakan modul-modul yang sifatnya virtual learning karena hal itulah yang nantinya akan menjadi norma baru di dunia akademik.