REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Gubernur Jabar Ridwan Kamil menanggapi tentang kasus meninggalnya seorang siswa SMK Galuh Rahayu di Kabupaten Ciamis setelah menjalani vaksinasi Covid-19, Kamis (2/9). Berdasarkan keterangan keluarga korban, Cahyono (17 tahun) meninggal tak sampai 24 jam usai menjalani vaksinasi. Ridwan Kamil menilai, semua pihak harus ber tabayun mengetahui kepastian kasus tersebut.
"Kita harus tabayun dulu karena peristiwa-peristiwa setelah vaksin ini pasti ada anomali. Anomali itu begini begini, kalau peristiwanya mayoritas itu berarti sebuah sistem yang harus diwaspadai tapi kalau jumlahnya 1 atau dua kemungkinan si penerima vaksin punya kelainan yang tidak terdeteksi atau komorbid yang kita tidak pahami," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil menjelaskan pada wartawan, di Gedung Sate, Jumat (10/9).
Menurut Emil, kalau pun beritanya benar, pihaknya sangat berduka cita. Karena tujuan vaksin kan melindungi dari sakit dan menjauhkan diri dari kematian.
"Saya itu sangat berduka cita ya, karena tujuan vaksin kan melindungi dari sakit dan menjauhkan diri dari kematian. Nah ini saya mau tabayun dulu kira-kira kenapa-kenapa nya. Sehingga kita bisa belajar dan merespon supaya tidak terulang lagi," paparnya.
Sebelumnya, ayah korban, Nono (40) menjelaskan, anaknya itu mengikuti vaksinasi massal yang digelar di SMAN 1 Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, pada Rabu (1/9). Vaksinasi itu disebut sebagai salah satu syarat agar bisa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
"Hari Senin (30/8) itu kan tatap muka di sekolah. Terus dia pulang sekolah, harus ikut divaksin katanya," ujar Nono, Rabu (8/9).
Nono mengatakan, saat itu, anaknya sedang sakit lambung. Anaknya masih dalam masa pemulihan dan masih meminum obat. Karenanya, Nono menyarankan, agar anaknya tak dulu melakukan vaksinasi.
Namun, Cahyono tetap ingin menjalani vaksinasi. Sebab, vaksinasi disebut merupakan salah satu syarat agar bisa melaksanakan PTM di sekolah. Sementara Cahyono sudah bosan belajar di rumah secara daring.