Selasa 28 Sep 2021 04:14 WIB

Pengelola Jelaskan Konsep Wisata Malam di Kebun Raya Bogor

Lima eks kepala Kebun Raya protes konsep wisata malam hari yang dibuat PT MNR.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah wisatawan bersantai di area Kebun Raya Bogor (KRB), Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/1/2021). Pengelola KRB, yaitu PT Mitra Natura Raya (MNR) akan meluncurkan eduwisata GLOW pada malam hari, yang diprotes berbagai pihak.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Sejumlah wisatawan bersantai di area Kebun Raya Bogor (KRB), Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/1/2021). Pengelola KRB, yaitu PT Mitra Natura Raya (MNR) akan meluncurkan eduwisata GLOW pada malam hari, yang diprotes berbagai pihak.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Munculnya polemik terkait rencana pengembangan Kebun Raya Bogor (KRB) melalui atraksi malam bertajuk GLOW, dijawab langsung oleh DPRD Kota Bogor. Dari pertemuan yang dilakukan di area KRB pada Senin (27/9) siang WIB, dewan mengaku bersedia menjadi fasilitator dan mediator antara PT Mitra Natura Raya (MNR) dan para pemerhati lingkungan, budayawan, maupun masyarakat yang menolak konsep wisata malam

Ketua DRPD Kota Bogor Atang Trisnanto mengatakan, ia berdiskusi dengan manajemen PT MNR di KRB, bersama Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor Zaenul Mutaqin, beserta anggota Komisi III DPRD Kota Bogor Adityawarman Adil dan Karnain Asyhar. Atang mengaku, menerima banyak aduan dari pemerhati lingkungan dan budayawan, yang mempersoalkan kritik tentang wacana eduwisata GLOW pada malam hari.

Selain itu, wisata malam juga diprotes oleh lima mantan kepala Kebun Raya yang ditujukan kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT MNR, serta ditembuskan ke Ketua DPRD Kota Bogor dan Wali Kota Bima Arya Sugiarto. Atang menyebut, aduan juga datang dari unsur masyarakat melalui surat Pamong Budaya Bogor (PBB).

Atas dasar itu, Atang mengajak Komisi III DPRD Kota Bogor agar bersedia menjadi fasilitator dan mediator antara PT MNR dan mereka yang menolak eduwisata GLOW. Hal itu bertujuan untuk mempertemukan pikiran yang berbeda ada dari kedua belah pihak.

"Kita sudah ditunjukkan beberapa tempat disana dan saya kira ini perlu dipertemukan antara pihak KRB dengan para pemerhati lingkungan dan budaya agar bisa saling memberikan masukan agar KRB tetap menjadi heritage kita semua," jelas politikus PKS tersebut di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (27/9).

Tak hanya itu, Atang juga meminta adanya jaminan perlindungan koleksi sumber daya genetik konservasi, dengan adanya pengembangan GLOW. Nantinya, kata dia, DPRD Kota Bogor akan mengundang kembali PT MNR untuk hadir menjelaskan kepada para warga. "Yang paling penting yang harus kita jaga adalah jaminan perlindungan koleksi sumber daya konservasi. Saya kira ini semangat kita bersama," tuturnya.

Menyambut kedatangan anggota dewan, Komisaris Utama PT MNR Ery Erlangga mengaku ingin membuat sinergitas antara seluruh stakeholder yang ada di Kota Bogor.  Dengan wacana adanya forum diskusi, Ery siap menyempatkan diri untuk memberi penjelasan konsep wisata GLOW kepada seluruh pemangku kepentingan.

"Tentu kami sangat ini menginformasikan ini kepada semuanya. Maka dari itu jika DPRD mau memberikan fasilitas, tentunya kami siap untuk bersinergi," ujar Ery.

Di samping itu, dia juga memastikan jika eduwisata GLOW aman terhadap ekosistem flora dan fauna yang ada di KRB. Kendati demikian, saat ini, pihaknya masih melakukan kajian untuk memastikan agar konsep wisata itu tak mengganggu habibat asli KRB.

"Kita pastikan bahwa ini aman untuk ekosistem yang ada. Kami juga terus melakukan penelitian berapa kadar cahaya yang baik untuk tanaman dan serangga yang ada. Ini pasti akan kita kontrol terus," jelas Ery.

Dalam surat resmi berjudul ‘Menjaga Marwah Kebun Raya’, lima mantan kepala Kebun Raya periode 1981 hingga 2008, mengkritisi rencana atraksi sinar lampu pada malam hari yang akan ditampilkan GLOW. Hal itu lantaran berpotensi merubah keheningan malam KRB.

"Nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk. Nature Communication melaporkan, penggunaan lampu berlebihan di waktu malam akan mengganggu perilaku dan fisiologi serangga penyerbuk, nokturnal maupun diurnal," ujar mereka dalam salah satu poin protes dikutip Republika.

Selain itu, para mantan kepala Kebun Raya juga menyampaikan, KRB mengusung lima tugas dan fungsi penting. Di antaranya, konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah, dan jasa lingkungan. Apalagi, KRB sudah berumur lebih dari dua abad, dan selalu mengedepankan pendekatan ilmiah dan memperhatikan masalah konservasi dan lingkungan

"Saat melakukan kegiatan usaha penggalangan dana sekali pun, Kebun Raya tidak silau pada keuntungan sesaat, dan selalu memilih green business yang sifatnya enviriomentally friendly," ucap mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement