REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) turut angkat bicara terkait dikritiknya rencana pengembangan Kebun Raya Bogor (KRB), melalui atraksi malam GLOW. BRIN menegaskan, saat ini, di KRB tidak ada bangunan tambahan, namun memang ada perbaikan jalan batu gico.
Plt Deputi bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto menerangkan, bangunan yang ada di KRB hanya rumah anggrek yang sudah direncanakan oleh para periset sejak beberapa tahun sebelumnya, dan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).
“Bahkan, untuk meningkatkan resapan air, saat ini direncanakan pembongkaran lapangan tenis berbeton dan sebagian bangunan rumah yang dibangun belasan tahun lalu,” ujar Yan melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (28/9).
Selain itu, sambung dia, perbaikan dilakukan pada jalan dengan batu gico yang terbentang. Perbaikan tersebut dilakukan karena sudah rusak dan berlubang-lubang.
“Jalanan berbatu Gico tersebut tidak sepenuhnya peninggalan lama. Jalur tersebut diperbaiki dan tetap ditampilkan batunya agar memenuhi standar keselamatan pengunjung,” ungkapnya.
Dia pun turut angkat bicara terkait atraksi malam di KRB yang akan dilakukan melalui GLOW. Menurutnya, GLOW terinspirasi dari bebeagai Kebun Raya di luar negeri yang mengadakan wisata malam.
Sejumlah Kebun Raya yang memiliki program sejenis Glow terdapat di Desert Botanical Garden di Phoenix, Arizona, Singapore Botanic Gardens di Singapura, Fairchild Tropical Botanic Garden di Miami, USA, Atlanta Botanical Garden di Atlanta, dan Botanical Garden Berlin di Jerman.
“Beberapa negara sudah lebih dulu memiliki program wisata malam di kebun rayanya. GLOW juga tidak diselenggarakan setiap hari, saat ini hanya Sabtu dan Minggu, dan ke depan maksimal hanya empat kali dalam seminggu,” tambahnya.
Direktur Revenue PT MNR, Bayu Sumarjito menambahkan, diperbaikinya jalan batu gico dilakukan karena sudah banyak warga yang terpeleset karena licin. Bahkan, sulit dilalui oleh warga difabel.
“Kursi roda tidak bisa. Warga difabel pun susah berjalan di batu gico karena banyak yang rusak. Sebenarnya itu sih,” tuturnya.
Terkait persoalan serapan air yang disampaikan lima mantan Kepala Kebun Raya melalui surat ‘Marwah Kebun Raya’, Bayu meminta agar hal itu dibuktikan melalui fakta di lapangan. Sebab, dalam surat itu dipersoalkan jika air tidak akan terserap dan mengalir langsung ke sungai.
“Menurut saya nih, di fakta lapangan, batu gico selebar 2 meter itu sampingnya tanah. Jadi sebenarnya ujung-ujungnya itu kita kasih biopori, akan sama saja penyerapannya,” tutur dia.
Fakta yang ada di titik pengembangan GLOW saat ini pun sudah diperiksa oleh Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto kemarin, Senin (27/9). “Ini adalah framing menurut saya. Makanya kemarin pak Ketua DPRD, begitu mereka cek ke lapangan, nggak ada apa-apa,” imbuhnya.