Kamis 30 Sep 2021 14:23 WIB

Survei: Mayoritas Setuju Film Pengkhianatan G30S/PKI Diputar

Salah satu alasan komunis bangkit adalah usaha mengganti Pancasila menjadi Trisila.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Erik Purnama Putra
Warga membakar logo Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menyerbu kantor Pemuda Rakyat di Jakarta, yang menjadi underbouw PKI.
Foto: Iphos
Warga membakar logo Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menyerbu kantor Pemuda Rakyat di Jakarta, yang menjadi underbouw PKI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media Survei Nasional (Median) merilis survei terbaru terkait pemutaran film Pengkhianatan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI). Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun menyampaikan, persepsi publik terhadap pemutaran film G30S/PKI menghasilkan data, sebanyak 42 persen responden menginginkan film tersebut diputar kembali.

"Ternyata yang setuju bahwa sebaiknya film diputar kembali lebih besar 42 persen menyatakan setuju," kata Rico dalam paparannya secara daring di Jakarta, Kamis (30/9).

Pengambilan data survei tersebut dilakukan pada 19-26 Agustus 2021. Responden yang dilibatkan dalam survei itu sebanyak 1.000 orang. dengan margin of error sebesar kurang lebih tiga persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada sesuai dengan standar metodologi.

Responden yang menjawab tidak setuju film diputar kembali hanya 15 persen atau hanya sepertiganya, dan yang menjawab tidak tahu 43 persen. "Dari sini kita bisa lihat gerakan agar film itu diputar kembali sepertinya mendapat persetujuan dari mayoritas publik," ujar Rico.

Dia memaparkan juga, sebanyak 46,4 persen responden masih percaya isu kebangkitan komunisme di Indonesia. Perinciannya, sekitar 28,5 persen percaya dan 17,9 persen sangat percaya. "Sebanyak 14,5 persen responden menjawab PKI sudah tidak ada. Sementara 10 persen responden menganggap komunisme sudah jadi sejarah," ucap Rico.

Dia melanjutkan, alasan responden percaya komunisme bakal bangkit, sebanyak 12,3 persen menjawab karena adanya tenaga asing dan proyek Cina, yang semakin banyak di Indonesia. Kemudian, ada 12 persen responden menyatakan, alasan mereka percaya isu kebangkitan komunisme karena ulama banyak ditangkap.

"(Sebanyak) 11,8 persen itu menganggap Indonesia tergantung vaksin dari Cina, kemudian yang keempat, negara Cina ingin mencaplok Natuna 9,4 persen, kemudian dianggap Cina ingin menguasai ekonomi Indonesia 9 persen," jelas Rico.

Responden yang menganggap sejarah komunis dikaburkan, kata Rico, ada sekitar 6,6 persen dan banyak serangan ke penceramah sebanyak 5,4 persen. Selain itu, usaha mengganti Pancasila menjadi Trisila (4,6 persen), konflik Laut Cina Selatan (4,5 persen), dan komunis tidak akan pernah mati (1,3 persen).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement