REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Untuk mendorong pemulihan ekonomi, terutama mendukung industri pengolahan sebagai ekonomi unggulan Jawa Barat, BI Jawa Barat bersama Kementerian Perindustrian, Pemprov Jawa Barat, OJK dan seluruh stakeholders pentahelix menyelenggarakan West Java Industrial Meeting (WJIM) 2021, Kamis (30/9). Kegiatan tersebut, tema “Peran Transformasi Digital dan Pembiayaan dalam Industri menuju Akselerasi Pemulihan Ekonomi”
Sebagai wujud nyata dukungan terhadap sektor industri pengolahan tersebut, khususnya penguatan supply chain industri tekstil sebagai produk unggulan Jawa Barat, dilakukan peresmian "Material Center Jawa Barat”.
Kehadiran “Material Center Jawa Barat” yang digagas oleh Pemprov Jawa Barat ini digagas oleh Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Sub Divisi Manufaktur, Tenaga Kerja dan Luar Negeri dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) serta didukung penuh oleh BI dan OJK Jawa Barat.
Peresmian dilakukan oleh Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Herawanto, Kepala OJK Jawa Barat, Indarto Budiwitono dan Pemprov Jabar yang diwakili oleh Kepala Dinas Industri dan Perdagangan, Arifin Soedjayana.
"Kami harap memberikan kemudahan akses bahan baku dan efisiensi jalur distribusi antara industri besar dengan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor industri tekstil," ujar Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Herawanto.
Menurut Herawanto, material center itu menjadi semacam titik temu. Kalau sebelumnya, hubungannya hanya bilateral. "Kalau sekarang Pemprov Jawa Barat membuat center-center di mana disitu terkumpul bahan baku. Jadi kalau industri pengolahan itu nyari bahan baku tinggal di situ," paparnya.
Menurut Kepala Dinas Industri dan Perdagangan, Arifin Soedjayana, material center pertama kali dibentuk oleh komite penanggulangan ekonomi daerah yang dilaunching hari ini baru satu. Yakni, material center untuk tekstil dan produk tekstil yang diinisiasi oleh asosiasi pertekstilan Indonesia.
"Kedepannya kita akan lakukan lagi untuk material center yang lain. Tahun ini saya berharap ada kerja sama yang baik untuk material center yang di industri otomotif," katanya.
Intinya, menurut Arifin, material center ini bisa menjembatani antara industri kecil menengah (IKM) dengan para pengusaha besar. Sehingga terjadi kemitraan dan IKM terbantu dalam penyediaan bahan baku.
"Nantinya untuk pembiayaan pun juga ada OJK dengan perbankan nya akan masuk dan nantinya kita akan melakukan juga digitalisasi nya supaya lebih efektif dan efisien," paparnya.
Terkait dengan kondisi industri Jawa Barat, menurut Arifin, saat ini industri pengolahan untuk ekspornya masih tetap Jabar paling tinggi di antara provinsi yang lain. Karena, jumlah industri yang ada di Jawa Barat se-Indonesia paling banyak sekitar 30 persennya ada di Jabar.
Saat ini, kata dia, industri yang sudah melaksanakan aplikasi peduli lindungi hampir sekitar 1.700 industri dari total industri yang ada di Jabar sekitar 7.600."Dan kita terus akan melaksanakan peduli lindungi ini agar aktivitas industri bisa berjalan," katanya.