Jumat 01 Oct 2021 19:35 WIB

BI Tasikmalaya Borong Telur dari Peternak Lokal

Harga telur di Tasikmalaya sedang anjlok.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
BI Tasikmalaya Borong Telur dari Peternak Lokal (ilustrasi).
BI Tasikmalaya Borong Telur dari Peternak Lokal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Pegawai Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya memborong 897 kilogram telur ayam dari para peternak di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Jumat (1/10). Telur yang diborong itu kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.

Deputi Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya, Nurtjipto mengatakan, telur ayam yang langsung dibeli dari peternak itu dibagikan ke masyarakat di 14 lokasi, salah satunya ke Yayasan Mentari Hati yang merawat ODGJ. Kegiatan itu diharapkan dapat menumbuhkan optimisme para peternak di tengah anjloknya harga telur.

"Jadi peternak ayam ras petelur tetap bisa mempertahankan kemampuan produksinya di masa pandemi. Karena kalau produsen mengurangi produksinya, dapat berpotensi menjadi kerawanan pangan ke depannya," kata dia, Jumat.

Nurtjito juga berharap program kepedulian ini dapat direplikasi oleh berbagai pihak, baik instansi maupun lembaga lainnya. Dengan begitu, para produsen lokal terbantu dalam penyerapan hasil produksinya. Di sisi lain, masyarakat yang membutuhkan juga ikut terbantu. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika, harga telur di Tasikmalaya sedang anjlok. Di pasar, harga telur per kilogramnya sebesar Rp 17 ribu. Padahal, dalam kondisi normal harga telur selalu di atas Rp 20 ribu per kilogram. 

Nurtjipto menjelaskan, pada awal Agustus harga telur masih terpantau tinggi. Namun pada akhir Agustus hingga saat ini, mengalamiharga telur penurunan yang cukup dalam. 

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tasikmalaya telah melakukan langkah identifikasi ke Pasar Cikurubuk pada awal September. Di pasaran, stok telur aman tersedia. Namun minat pembeli cukup rendah. 

"Ini disebabkan kebijakan PPKM yang membatasi mobilitas masyarakat, serta telah disalurkannya bantuan pangan bagi masyarakat menengah ke bawah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga mengakibatkan permintaan ke pasar mengalami penurunan," kata dia.

Menurut Nurtjipto, fenomena tersebut berdampak pada melimpahnya ketersediaan komoditas telur di pasaran. Akibatnya, kondisi itu menekan harga telur di tingkat peternak di berbagai daerah termasuk di sentra produksi telur yaitu Kabupaten Blitar. 

Karena fenomena itu, pihaknya melaksanakan kegiatan membeli telur dari peternak lokal dan membagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Sementara untuk upaya jangka panjang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya bersama TPID se-Priangan Timur berupaya meningkatkan kemandirian produksi pakan peternak lokal. Peningkatan kemandirian itu antara lain dengan melakukan percontohan klaster jagung di Kabupaten Ciamis, melakukan peningkatan kapasitas pengolahan pakan mandiri (self mixing) kepada klaster peternak ayam petelur termasuk di Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya. 

"Selain itu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi produk lokal perlu ditingkatkan bersama pemda. Di sisi lain diperlukan peningkatan kapasitas dalam pemasaran baik di tingkat produsen dan konsumen terkait lebih baiknya kualitas produk lokal," ujar dia.

Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Pertanian Kota Tasikmalaya, Enung Nurteti mengaku prihatin dengan kondisi peternak karena harga telur yang turun. Apalagi, saat ini harga telur turun cukup lama.

"Biasanya memang ada harga turun setiap tahun. Namun hanya sebentar. Sekarang sudah tiga bulan, harga masih di bawah," kata dia.

Ia menjelaskan, pihaknya akan terus berupaya untuk menstabilkan harga telur di pasaran. Salah satunya dengan terus memantau harga telur di pasaran. 

"Kita akan melaksanakam rapat koordinasi ke level tertinggi. Harapannya, bisa menyerap produk telur lokal," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement