Kamis 07 Oct 2021 19:49 WIB

Ribuan Tanaman di KRB Sudah Miliki KTP Digital

Dengan KTP digital, tanaman di Kebun Raya Bogor telah memiliki identitasnya.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Revitalisasi pohon kopi, bunga anggrek, dan pohon durian, serta pelestarian ketujuh tanaman langka yang semuanya berasal dari hasil Binaan Pertamina ini harapannya dapat memberikan keindahan, kenyamanan, serta dapat berperan sebagai sarana edukasi bagi wisatawan di Kebun Raya Bogor.
Foto: Pertamina
Revitalisasi pohon kopi, bunga anggrek, dan pohon durian, serta pelestarian ketujuh tanaman langka yang semuanya berasal dari hasil Binaan Pertamina ini harapannya dapat memberikan keindahan, kenyamanan, serta dapat berperan sebagai sarana edukasi bagi wisatawan di Kebun Raya Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, Di era digital, Kebun Raya Bogor (KRB) yang sudah berusia dua abad juga turut mengikuti perubahan zaman. Sejak Agustus 2020, KRB bersama PT Mitra Natura Raya (MNR) selaku operator KRB, melakukan digitalisasi Kartu Tanda Pohon (KTP) terhadap 15 ribu tanaman di KRB. Digitalisasi tersebut, dilakukan dengan mengubah KTP konvensional, menjadi KTP digital yang menggunakan fitur QR code.

KTP konvensional yang dimaksud, ialah lempengan besi berwarna hijau, berisi identitas pohon yang ditulis menggunakan tulisan tangan berwarna putih. Lempengan berbahan besi itu pun saat ini mulai dimakan usia, dengan terlihatnya titik-titik karat di berbagai sisi.

Berbeda dengan KTP digital, nama tanaman serta nama latin tanaman tercetak dalam sebuah lembaran anti air, yang juga terdapat QR code di dalamnya. Sehingga, pengunjung KRB dapat memindai QR code tersebut, yang kemudian akan terhubung langsung dengan website Kebun Raya atau aplikasi Kebun Raya. Serta dapat dilihat dari gadget masing-masing.

Nantinya, pengunjung akan mendapat edukasi mengenai genus, spesies, dan famili dari tanaman yang dilihatnya. Serta akan terpampang deksripsi, asal, karakteristik tanaman, hingga penggunaan dan manfaat dari tanaman tersebut. Baik secara ekonomis ataupun secara herbal.

Ditemui Republika di KRB, Kepala Konservasi Mitra Kebun Raya Bogor, Junaedi menjelaskan, hingga saat ini sudah ada 5.000 tanaman yang ber-KTP digital dengan QR code. Dengan adanya KTP digital tersebut, tanaman-tanaman di KRB telah memiliki identitasnya, dan akan dihubungkan dengan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).

“Jadi, kalau ada pihak asing membeli tanaman tersebut, dibawa ke luar negeri, lalu diekstrak misalnya bijinya atau daunnya menjadi obat, itu identitasnya sudah ketahuan dari Indonesia. Mereka tidak bisa mengklaim itu adalah temuan mereka. Jadi pentingnya KTP tanaman itu seperti itu,” kata Junaedi sambil berkeliling di Taman Meksiko.

Agar memberikan edukasi dan informasi yang tidak keliru kepada khalayak, KRB menyampaikan informasi mengenai tanaman dari para peneliti secara langsung. Bukan mengambil dari situs yang tidak dapat dipertanggungjawabkan data ilmiahnya.

Apalagi, data dari KTP digital ini dapat diakses oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Mulai dari peneliti, pelajar, hingga masyarakat umum tanpa terkecuali.

Di tim konservasi sendiri, ada lima orang yang bekerja untuk mendata tanaman-tanaman di KRB yang nantinya akan menjadi calon pemilik KTP digital selanjutnya. Mereka yang mendata tanaman-tanaman itu rata-rata alumni perguruan tinggi jurusan Biologi dan Kehutanan.

Selain mencari informasi mengenai pohon, mereka akan melakukan cross check secara berkala ke pihak peneliti, juga ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) agar tidak salah menyampaikan informasi.

Dalam sebulan, ditargetkan ada ratusan konten calon KTP tanaman digital. Sehingga, pada akhir tahun ini ditargetkan ada 8.000 tanaman yang akan memiliki KTP digital. Bahkan, ada kemungkinan akan ada tambahan koleksi tanaman di KRB, karena para peneliti terus melakukan eksplorasi dan persilangan tanaman.

“Jadi kita satu tahun targetnya kurang lebih 5.000. Jadi mungkin masih dua tahun ke depan selesai 15 ribu tanaman memiliki KTP digital,” jelas Junaedi.

Sejauh ini, ada tiga warna KTP digital yang berfungsi untuk mengelompokkan jenis tanaman. Misalnya, di area Taman Meksiko yang juga salah satu area atraksi malam GLOW, KTP digital yang digunakan berwarna merah karena tanaman di sama hidup di area panas.

Berbeda dengan di Taman Akuatik, KTP digital yang digunakan berwarna biru. Sementara, di sekitar area situs Mbah Jepra KTP digital yang digunakan berwarna putih, menandakan tanaman-tanaman yang tumbuh secara rapat.

“Sebenarnya tidak ada standarisasi dan sebagainya. Kita hanya ingin mengelompokkan jenis-jenis tumbuhan tersebut. Mungkin nanti akan tambah satu warna untuk tanaman yang tumbuh di pot,” tutur Junaedi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement