Senin 11 Oct 2021 15:44 WIB

Anaknya Tewas Dianiaya, Ibu Ini Minta Hukum Ditegakkan

Penganiayaan pelajar hingga korban meninggal dunia ini, membuat geram Wali Kota.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dan Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro berbicara dengan Rizky Agung (18), pelaku penikaman pelajar di Kota Bogor, Jumat (8/10).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dan Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro berbicara dengan Rizky Agung (18), pelaku penikaman pelajar di Kota Bogor, Jumat (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Nahas menerpa RM, pelajar SMA Negeri 7 Kota Bogor. Cita-citanya untuk kuliah di IPB University, harus kandas. Penyebabnya, remaja berusia 17 tahun ini, harus meregang nyawanya akibat tebasan celurit yang menyerangnya pada Rabu (6/10) malam. Di lokasi yang tidak jauh dari gerbang sekolahnya.

Saat ini, RM sudah beristirahat dengan tenang di Taman Pemakaman Umum (TPU) Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor. Sementara, di kediamannya di Perumahan BPT, Babakan, ibunda dari RM masih bertanya-tanya, apa yang terjadi pada putranya.

Tina Fatimawati, tidak tahu menahu apakah putranya memiliki permasalahan dengan pelajar lain, atau tidak. Sebab, sepengetahuannya, RM merupakan anak yang baik dan tidak pernah bertengkar.

“Kemarin saya sempat tanya ke temannya, ‘RM salah apa?’, nggak tahu katanya. Sampai saat ini, saya belum ada informasi apapun dari teman-temannya,” ujar Tina dengan suara yang bergetar.

Mengingat kronologis kejadian yang diceritakan para saksi, Tina menganggap anaknya sedang tidak dalam keadaan tawuran. Pada malam kejadian, RM pergi mengenakan kemeja dan celana pendek, hanya berdua dengan temannya.

Sekitar pukul 21.00 WIB, RM yang sedang berada di Jalan Palupuh Raya, Tegal Gundil, Bogor Utara tiba-tiba dikejar oleh enam orang yang berboncengan dengan tiga sepeda motor. Teman RM melarikan diri. Namun nahas, RM terkena tebasan celurit dari seorang pelajar SMAN 6 Bogor bernama Rizky Agung, sehingga meninggal dunia di sebuah warung berpintu biru.

“Itu bukan tawuran kan, itu pembunuhan. Kalau memang janjian, nggak mungkin cuma berdua. Apalagi itu sama sekolah lain, nggak mungkin anak saya berani,” katanya.

Apapun yang terjadi pada putranya, Tina berharap, hukum segera ditegakkan bagi siapapun yang terlibat dalam kejadian penganiayaan RM. Harapan itu disampaikannya kepada Wali Kota Bogor, ketika berkunjung ke rumah duka dua hari setelah kejadian. “Cukup anak saya yang mengalami ini,” ucap Tina.

Diketahui, tujuh jam pascakejadian, enam pelajar sempat ditangkap oleh pihak kepolisian. Namun, hanya dua orang yang ditetapkan menjadi tersangka, yakni tersangka utama Rizky Agung dan ML (17 tahun) yang membantu tersangka utama saat kejadian.

Dari hasil autopsi yang dilakukan polisi, ada tiga luka yang terdapat di tubuh korban. “Pertama di bagian dada yang menyebabkan meninggal dunia, kemudian tengkuk belakang itu robek dan satu lagi di bagian kaki,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Dhoni Erwanto.

Penganiayaan pelajar hingga menyebabkan korban meninggal dunia ini, membuat geram Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto. Apalagi, kejadian ini berlangsung tepat di hari ketiga Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sejumlah sekolah-sekolah di Kota Bogor.

Sepulang dari rumah duka, Bima Arya mendatangi Mako Polresta Bogor Kota, untuk berkoordinasi dengan Kapolresta Bogor Kota, memastikan agar hukum ditegakkan. Sekaligus bertemu dengan Rizky Agung, pelajar berusia 18 tahun yang menganiaya RM.

‘Dendam pribadi’, adalah alasan Rizky Agung menganiaya RM. Hal itu didengar langsung oleh Bima Arya, ketika berbincang sebentar oleh Rizky Agung. Apapun yang terjadi, Bima Arya ingin hukum ditegakkan seadil-adilnya.

Menurutnya, kejadian yang menimbulkan korban jiwa ini menjadi atensi bersama, tidak hanya pihak sekolah. Mengingat kejadian itu terjadi pada malam hari, jauh di luar jam sekolah. 

“Ini permintaan dari pihak keluarga. Saya percaya Pak Kapolres dan jajaran akan melakukan proses investigasi, proses hukum yang betul-betul profesional. Sehingga bisa mengungkap persoalannya seperti apa,” tegasnya.

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro mengatakan, sejumlah remaja memang memiliki perilaku yang cenderung agresif. Sehingga, merurutnya, sekolah mana pun berpotensi melakukan kekerasan antarpelajar. 

Bukan hanya sekolah tertentu yang distigma sebagai ‘sekolah yang kerap tawuran’. “Sehingga, kami juga pada pihak sekolah, kalau memang ada anaknya yang agresifnya tinggi, pada kami akan lakukan pembinaan lebih awal,” ucapnya.

Saat ini polisi tengah fokus kepada dua tersangka. Polisi juga sedang menyelidiki awal kejadian penyerangan terhadap RM. Sebab, berdasarkan informasi yang diterimanya, ada aksi kekerasan yang juga terjadi pada siang hari sebelum kejadian.

“Karena ada (kejadian) yang pukul 15.00 WIB, kemudian ada yang pukul 21.00 WIB. Nah ini masih kami lakukan penyelidikan, investigasi menyeluruh terhadap perkara ini,” pungkas Susatyo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement