Senin 18 Oct 2021 15:06 WIB

Jabar Masih Primadona Investasi Asing dan Dalam Negeri

Medio Januari-Juni 2021 penanaman modal ke Jawa Barat mecapai 72,46 triliun

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Agenda West Java Investment Summit (WJIS) 2021 akan digelar kembali. Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat Noneng Komara, memasuki tahun ketiga penyelenggaraan, WJIS hadir menjadi bagian ekosistem investasi yang makin matang.
Foto: istimewa
Agenda West Java Investment Summit (WJIS) 2021 akan digelar kembali. Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat Noneng Komara, memasuki tahun ketiga penyelenggaraan, WJIS hadir menjadi bagian ekosistem investasi yang makin matang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Agenda West Java Investment Summit (WJIS) 2021 akan digelar kembali. Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat Noneng Komara, memasuki tahun ketiga penyelenggaraan, WJIS hadir menjadi bagian ekosistem investasi yang makin matang.

Jabar sendiri, saat ini masih menjadi provinsi primadona investasi asing maupun investasi dalam negeri.  Neneng mengatakan tercatat pada medio Januari-Juni 2021 investor yang merealisasikan penanaman modal ke Jawa Barat mencapai Rp 72,46 triliun. 

“Realisasi investasi ke Jawa Barat pada semester  I Januari-Juni 2021 menempati peringkat 1 nasional,” ujar Neneng kepada wartawan di acara Road To WJIS 2021, Senin (18/10).

Dengan raihan ini, kata dia, maka Jawa Barat telah merealisasikan 56,90 persen dari target Rp 127,34 triliun yang diberikan Kementerian Investasi/BKPM RI. Sementara untuk target RPJMD 2018-2023, pihaknya berhasil merealisasikan 71,06 persen dari total target Rp 101,97 triliun. 

 

Neneng menjelaskan, WJIS 2021 sendiri mengambil tema “Navigating Post Covid World: Investment Growth For Reselient West Java. Tema ini berangkat dari kondisi dimana seluruh sumber perekonomian Jawa Barat terganggu oleh adanya pandemi Covid-19. 

“Kita harapkan investasi bisa menjadi salah satu jalan keluar sekaligus menyongsong kondisi ekonomi pasca Covid-19. Kita juga menunjukan ketangguhan investasi di Indonesia, bahwa Jawa Barat investasinya mash tangguh,” paparnya.

WJIS 2021, kata Neneng, bisa menjadi sarana mulai optimalnya kembali komunikasi antara investor yang hendak menanamkan modal ke Jawa Barat. Agenda yang akan digelar 21-22 Oktober 2021 secara hybrid di Bandung tersebut juga diharapkan bisa membuka akses lebih luas bagi seluruh stakeholder investasi.

Sebelumnya, Dinas Penanaman Modal dan    Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPSTP) Jawa Barat berkolaborasi dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat telah meluncurkan program Ekosistem Investasi.

Peluncuran yang dipimpin Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan digelar di Bandung secara hybrid Kamis (19/8) tersebut berisi empat agenda utama yang bisa mendorong Jawa Barat menjadi destinasi utama investasi.

Yakni peluncuran West Java Invesment Hub (WJIH), Kampanye Nomor Induk Berusaha (NIB) lalu Peluncuran Cinematography of Investment Festival (Cifest) dan Sosialisasi dan Regulasi Kemudahan Berusaha.

Sementara menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar, Herawanto,  berdasarkan data PDRB, investasi memberikan sumbangan pada perekonomian Jawa Barat sebesar 24,88 persen atau komponen kedua yang memberikan sumbangan terbesar setelah konsumsi. "Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan investasi memberi daya dorong yang kuat bagi akselerasi pemulihan ekonomi Jawa Barat," katanya.

Pada tahun 2020, kata dia, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Jawa Barat tercatat pada kisaran 4 persen, jauh lebih baik dibandingkan dengan nasional yang sebesar 6,8 persen. Hal ini didukung oleh ketersediaan dan kualitas infrastruktur di Jawa Barat yang relatif lebih baik dibandingkan berbagai provinsi lain di Indonesia. 

Infrastruktur, kata dia, menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modal di Jawa Barat, antara lain kawasan industri, jalan tol, jalur kereta api, bandara, dan pelabuhan yang terus dikembangkan, serta dukungan kebijakan dan berbagai insentif yang memberikan kemudahan bagi investor. 

Berdasarkan ICOR tersebut, kata dia, berinvestasi di Jawa Barat relatif lebih efisien, yakni untuk menambah 1 persen pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, hanya diperlukan peningkatan investasi sekitar 4 persen. 

"Efisiensi investasi ini menyebabkan Jawa Barat menjadi kontributor utama investasi nasional," katanya.

Herawanto menjelaskan, pada semester I 2021 realisasi investasi Jawa Barat merupakan yang tertinggi secara nasional mencapai Rp 72,50 triliun bersumber dari PMA 61,06 persen dan PMDN 38,94 persen. 

Adapun mayoritas investasi, kata dia, dikucurkan untuk sektor perumahan dan kawasan industri, industri otomotif, transportasi, serta konstruksi. Khusus untuk PMA, negara asal investor cukup beragam antara lain berasal dari Korea Selatan, Jepang, China, Belanda, dan Singapura. 

Masih tingginya realisasi investasi Jawa Barat di tengah pandemi ini, kata dia,  didukung setidaknya oleh tiga hal. Yakni, infrastruktur yang memadai, SDM yang mumpuni, serta dukungan pemerintah daerah seperti kemudahan perizinan dan promosi investasi salah satunya melalui kegiatan West Java Investment Summit (WJIS) 2021.

WJIS merupakan hasil kolaborasi dan sinergi seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jawa Barat bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya melalui DPMPTSP yang telah dilakukan sejak 2019. 

"Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada perhelatan promosi investasi tahun ini akan diangkat sejumlah proyek investasi yang ready to offer, termasuk proyek investasi di Jawa Barat bagian selatan sebagai destinasi baru investasi," katanya. 

Tidak hanya itu, kata dia, pada WJIS 2021 juga akan dilakukan peresmian Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Jawa Barat bagian selatan, yang memperkuat keyakinan para calon investor mengenai besarnya potensi dan manfaat berinvestasi di Jawa Barat.

WJIS 2021, kata dia, masih akan menawarkan proyek potensial di kawasan REBANA dan beberapa potensi investasi di sektor pariwisata, kawasan industri, dan UMKM yang merupakan kerja sama dengan Dinas Pariwisata, Himpuan Kawasan Industri (HKI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). N Arie Lukihardianti

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement