REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas tinggi selalu terjadi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, sejak 18 Oktober 2021, setidaknya terjadi sembilan kejadian bencana.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, bencana yang terjadi selama Oktober didominasi oleh tanah longsor. Namun, kejadian bencana yang terjadi masih dalam skala kecil.
"Ada yang rumah yang terdampak, ada juga jalan terbawa longsor. Namun tak sampai ada korban jiwa. Aktivitas masyarakat juga sudah kembali seperti biasa," kata dia kepada Republika, Senin (1/11).
Ia menjelaskan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Kabupaten Tasikmalaya saat ini sudah memasuki musim hujan. BPBD Provinsi Jawa Barat (Jabar) juga telah memberi arahan agar Kabupaten Tasikmalaya siaga untuk menghadapi bencana.
Menurut Irwan, Bupati Tasikmalaya telah menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor untuk seluruh wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Status siaga bencana berlaku mulai November 2021 hingga Januari 2022.
"Kita juga sudah mengirimkan surat imbauan ke masyarakat agar selalu waspada dengan cuaca saat ini," kata dia.
Ia mengingatkan, masyarakat harus selalu memantau kondisi lingkungan sekitarnya. Apabila ada tanda-tanda akan terjadi bencana, masyarakat diminta segera menghubungi aparat desa setempat atau BPBD Kabupaten Tasikmalaya.
Irwan menambahkan, BPBD Kabupaten Tasikmalaya juga telah melakukan koordinasi dengan dinas terkait dan pihak swasta untuk kesiapan alat berat. Sebab, BPBD Kabupaten Tasikmalaya belum memiliki alat berat untuk penanganan bencana.
"Mereka sudah siap 24 jam apabila dibutuhkan untuk penanganan bencana," kata dia.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Tasikmalaya sepanjang 2021, sudah terjadi 273 kejadian bencana hingga 1 Novemer pukul 10.30 WIB. Dari total kejadian itu, 52 persen atau 140 kejadian di antaranya merupakan bencana tanah longsor. Selain itu, terjadi 13 kejadian (5 persen) banjir, 44 kejadian (17 persen) angin kencang, 38 kejadian (13 persen) kebakaran, 14 kejadian (5 persen) gerakan tanah, 25 kejadian (8 persen) cuaca ekstrem.
Akibatnya, 1.112 rumah terdampak, dengan rincian 77 rumah rusak berat, 74 rumah rusak sedang, 267 rumah rusak ringan, 119 rumah terancam, dan 575 terendam. Sementara korban terdampak mencapai 1.216 KK atau 2.783 jiwa, di mana tiga orang di antaranya luka-luka dan lima orang meninggal dunia.