Senin 08 Nov 2021 06:41 WIB

Bima Ajak IPB dan BRIN Kaji Menyeluruh Wisata Glow

Hasil kajian eduwisata Glow di KRB pada malam hari sudah diserahkan ke Walkot Bogor.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pengelola Kebun Raya Bogor, PT Mitra Natura Raya (MNR) mengajak awak media menyaksikan konsep wisata Glow pada Kamis (30/10) malam WIB.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Pengelola Kebun Raya Bogor, PT Mitra Natura Raya (MNR) mengajak awak media menyaksikan konsep wisata Glow pada Kamis (30/10) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan telah mengajak pihak peneliti IPB University dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan kajian bersama secara menyeluruh mengenai wisata edukasi Glow di Kebun Raya Bogor (KRB). Hal itu setelah eduwisata Glow pada malam hari mendapat penolakan dari berbagai pihak.

"Saya sudah bertemu dengan Kepala BRIN dengan pak Rektor IPB, saya menekakan pentingnya kajian bersama. Jadi ini masih berproses, harus ada kajian bersama BRIN dan IPB, kata Bima Arya saat diwawancara di sela meninjau pembangunan Masjid Agung Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/11).

Baca: Emil Salim Kritik Konsep Wisata Glow di Kebun Raya Bogor

Menurut Bima, langkah selanjutnya mengenai rencana pembukaan wisata edukasi Glow dilakukan setelah pencocokan data atas temuan-temuan kedua belah pihak selesai dilaksanakan. Artinya, kata Bima, masih ada proses kajian secara menyeluruh terhadap wisata edukasi Glow yang selama ini mendapat pro kontra.

Hal itu karena pengelola menyuguhkan lampu led di malam hari di lokasi konservasi tumbuhan dan hewan itu. Sebelumnya, kajian cepat tim peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menjadi salah satu dasar pertimbangan Bima dalam surat pernyataan sikap yang mendukung poin penolakan budayawan Jawa Barat terhadap Wisata Glow.

Di dalamnya, memuat data dalam kajian ini menunjukkan bahwa kegiatan Glow berpotensi memberikan dampak bagi ekosistem, tidak hanya KRB tetapi juga di lingkungan luar KRB dan Kota Bogor pada umumnya.

Juga aspirasi budayawan yang ingin mempertahankan KRB memperhatikan karakter dan identitas Kota Bogor sebagai Kota Pusaka yang tidak saja menjaga kelestarian alam tetapi juga warisan budaya. "Akan diatur lagi untuk mencocokkan temuan-temuan yang ada gitu. Baru setelah itu kita sepakati langkah berikutnya apa. Jadi masih ada proses kajian menyeluruh," kata Bima.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Ernan Rustiadi mengatakan, para peneliti mengaku terbatas akses untuk melakukan kajian mendalam mengenai wisata Glow. Namun untuk hasil kajian cepat telah disampaikan kepada Rektor IPB Arif Satria dan Wali Kota Bima.

"Lalu mungkin yang bisa kami sampaikan lagi bahwa ini sifatnya berupa kajian cepat, karena keterbatasan waktu dan juga karena memang kami masih terbatas untuk melakukan kajian mendalam," ujar Ernan.

Baca: Pemkot Bogor Tunggu Kajian Wisata Glow Kebun Raya

Rektor IPB Arif Satria menyatakan, benar pihak peneliti dari kampusnya telah diminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk melakukan kajian mengenai Wisata Glow tersebut. "Kami memang diminta Pak Wali Kota Bogor, dan hasilnya sudah kami sampaikan ke Pak Wali," kata Arif.

Sebelumnya, menteri lingkungan lingkungan periode 1978–1993, Emil Salim mengkritik konsep wisata malam hari di Kebun Raya Bogor. Dia menyoroti upaya komersialisasi di Kebun Raya Bogor yang mengabaikan ekosistem asli. Emil mempertanyakan konsep wisata laser bertema Glow, yang akan diterapkan di Kebun Raya Bogor.

Dia menghubungkan apa yang terjadi Kebun Raya Bogor dengan Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juga dikomersialisasi untuk dijadikan wisata mahal oleh pemerintah. Emil pun mempertanyakan kinerja Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, yang mengorbankan alam demi mengeksploitasi kawasan wisata untuk kepentingan ekonomi.

"Jika kawasan Komodo, warisan dunia dirombak lalu lahir proyek Glow dengan sinar menerangi Kebun Raya Bogor yang mengganggu kehidupan gelap makhluk alami demi kepentingan komersial wisata- kita bertanya kepada Menteri Pariwisata: mengapa ekosistem alami dirusak untuk pariwisata?" kata Emil lewat akun Twitter, @emilsalim2010.

PT Mitra Natura Raya (MNR) selaku operator Kebun Raya Bogor merancang eduwisata Glow, yang diklaim sebagai perubahan pola komunikasi tentang konservasi di Kebun Raya Bogor. Direktur Revenue PT MNR, Bayu Sumarjito mengatakan, pihaknya mendapat amanah dari BRIN untuk memodernisasikan pola pengelolaan Kebun Raya Bogor.

Wisata malam itu diadakan dengan tujuan agar Kebun Raya Bogor jauh lebih maju. Selain pengelolaan sampah yang juga menjadi fokus Kebun Raya Bogor, sambung dia, adanya Glow juga merupakan jawaban yang diberikan BRIN kepada PT MNR.

"Jadi ini bagian dari contoh amanah yang diberikan BRIN kepada kita untuk memodernisasikan pola-pola pengelolaan supaya kita bisa menjadi Kebun Raya yang jauh lebih maju. Terkait dengan Glow tadi contohnya, itu sebenarnya menjawab tantangan yang diberikan oleh BRIN kepada kita," ujar Bayu ketika ditemui Republika di Balai Kota Bogor, Selasa (28/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement