Senin 22 Nov 2021 17:39 WIB

Ridwan Kamil Pastikan Luasan Banjir Terus Berkurang

Emil mengaku tidak bisa memastikan kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya bebas banjir

Gubernur Jabar Ridwan Kamil, menyatakan Pemprov Jabar sendiri saat ini sedang menggodog besaran upah minimum (UMP) 2022 yang akan jadi basis penentuan upah minimum kabupaten/kota (UMK). Karena, sesuai PP 36 tahun 2021, UMP harus diumumkan paling lambat 21 November dan UMK 30 November 2021.
Foto: istimewa
Gubernur Jabar Ridwan Kamil, menyatakan Pemprov Jabar sendiri saat ini sedang menggodog besaran upah minimum (UMP) 2022 yang akan jadi basis penentuan upah minimum kabupaten/kota (UMK). Karena, sesuai PP 36 tahun 2021, UMP harus diumumkan paling lambat 21 November dan UMK 30 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melakukan kunjungan ke lokasi Sodetan Cisangkuy, Senin (22/11). Kunjungan lapangan ini dilakukan untuk menata persiapan adanya rencana Presiden Joko Widodo melihat langsung kemajuan penanganan Citarum yang saat ini dikategorikan cemar ringan dan sudah jauh lebih bersih. 

Menurut Ridwan Kamil, pihaknya memastikan proyek sodetan Cisangkuy terus bekerja agar persoalan banjir di wilayah Bandung Raya bisa dituntaskan. Oleh karena itu, ia rutin memantau progres penanganan banjir di lapangan. 

Baca Juga

Cisangkuy sendiri, dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai tindak lanjut perintah Presiden Joko Widodo melalui Perpres No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. 

Sodetan Cisangkuy akan mengalirkan debit banjir sebesar 215 m3/detik yang semula bermuara ke Dayeuhkolot menjadi bermuara ke Pameungpeuk sehingga mengurangi lama genangan dan luas genangan di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, Andir, dan sekitarnya.

Ridwan Kamil mengatakan, dari aspek penanganan banjir, berkat dukungan dari Presiden, kementerian dan kerja keras Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta BBWS Citarum dampak banjir mulai bisa dikurangi. “Yang biasanya 370 hektare, yang rutin beritanya berhari-hari, insyaallah tahun depan sudah berkurang tinggal 70 hektar,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di lokasi Sodetan Cisangkuy, Kabupaten Bandung, Senin (22/11).

Emil mengaku tidak bisa memastikan kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya bebas banjir 100 persen karena fenomena ini tidak hanya disebabkan melimpahnya air saat musim hujan. “Kita belum bisa bilang 100 persen bebas banjir karena itu menurut saya takabur. Fenomena air ini tidak melulu apa yang air kita lihat sehari-hari, tapi ada yang mempengaruhi seperti global warming yang mempengaruhi sehingga insyaallah, beritanya banjir berkurang luar biasa dari 370 tinggal 70an hektar,” paparnya.

Dalam kunjungan lapangan tersebut, menurut Emil, ia  mewawancarai sejumlah warga yang mengatakan saat ini ketinggian banjir sudah mulai berkurang. Menurutnya kabar baik ini diharapkan bisa terus berlanjut hingga akhir musim hujan mendatang. Terutama dengan efektifitas Sodetan Cisangkuy yang menelan biaya pembangunan Rp800 miliar. 

Adanya proyek ini menyodet Sungai Cisangkuy yang biasanya mengarah ke permukiman warga di Dayeuhkolot, kini menjauhi pemukiman. “Ini melengkapi retensi Cieunteung, kemudian kolam retensi Andir insyaallah akhir tahun selesai dengan folder-folder, mudah-mudahan dalam setahun dua tahun berita baik,” katanya.

Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Kementerian PUPR, sodetan atau floodway Cisangkuy yang merupakan satu sistem dengan normalisasi upstream Citarum, Embung Gedebage, Kolam Retensi Cieunteung, Terowongan Nanjung, dan peningkatan kapasitas Sungai Citarum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement