REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Banjir rob kembali melanda kawasan pesisir di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Selasa (30/11). Meski sudah terbiasa, namun banjir yang berasal dari gelombang tinggi air laut itu dinilai mengganggu aktivitas warga, terutama pelajar.
Banjir rob melanda permukiman warga di tiga desa di kecamatan tersebut, yakni Desa Eretan Wetan, Desa Eretan Kulon, dan Desa Kertawinangun. Koordinator Lapangan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Indramayu, Waminuddin, menjelaskan, sepanjang bulan ini, banjir rob terjadi hampir setiap hari. Air banjir biasanya mulai datang pagi hari dan kembali surut lewat tengah hari.
Adapun ketinggian air banjir rata-rata 30 sentimeter. "Untuk hari ini, robnya cukup besar. Merendam permukiman sampai ketinggian 50 sentimeter," kata Waminuddin, Selasa (30/11).
Ia menambahkan, terhitung sudah empat kali banjir rob besar melanda permukiman warga sejak awal bulan ini. Dia menyebutkan, ketinggian air yang merendam pemukiman warga saat terjadi rob besar bisa mencapai sekitar 60 sentimeter.
Selain dari air laut, banjir dengan ketinggian yang lebih tinggi juga ditambah dengan luapan Sungai Cilalanang yang melintasi wilayah setempat. Debit air sungai tersebut bertambah seiring hujan yang mengguyur wilayah hulunya.
Banjir rob tersebut sangat mengganggu aktivitas dan kenyamanan warga. Salah satunya seperti yang dirasakan seorang warga Desa Eretan, Wakhim (42 tahun). Dia mengatakan, aktivitas sehari-harinya yang membuat dan berjualan makanan otak-otak menjadi terganggu. "Tadi pagi genangan banjir mencapai selutut lebih. Jadi susah jualan," keluh Wakhim.
Ia pun harus menaikkan barang-barang berharganya ke tempat yang lebih tinggi. Namun, sejumlah perabot rumah lainnya menjadi basah karena tak sempat diselamatkan.
Selain Wakhim, pelajar yang hendak menuju sekolah juga terganggu akibat banjir rob tersebut. Mereka harus melepas sepatu dan berjalan menerjang genangan banjir hingga sampai sekolah mereka.
Kepala Desa Eretan Wetan, Edi Suhedi, mengakui, banjir rob sudah menjadi langganan di desa yang dipimpinnya. Warga pun harus selalu bersiaga menyelamatkan berbagai perabot dan peralatan elektronik ke tempat yang lebih tinggi. "Ya barang-barang dinaikkan semua, kasur naik, perabot juga naik," tutur Edi.
Saat banjir surut, warga harus bekerja keras membersihkan rumah mereka yang sempat terendam air. Rumah mereka menjadi kotor karena air banjir juga membawa lumpur dan sampah. Setelah selesai dibersihkan, keesokan harinya mereka harus siap kembali menerima banjir. "Kasihan warga," tegas Edi.