Jumat 03 Dec 2021 23:08 WIB

Tenang Mengarungi Lautan dengan BPJS Ketenagakerjaan

Jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Indramayu mencapai 32.956 orang.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tenang Mengarungi Lautan dengan BPJS Ketenagakerjaan (ilustrasi).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Tenang Mengarungi Lautan dengan BPJS Ketenagakerjaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Puluhan kapal besar berbobot puluhan sampai ratusan gross tonnage (GT) bersandar di muara Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jumat (3/12) siang. Beberapa di antaranya sedang dilakukan aktivitas bongkar muat kapal. Berton-ton ikan diturunkan dari atas kapal oleh nelayan yang menjadi anak buah kapal (ABK) di kapal tersebut.

Proses penurunan ikan dilakukan secara tradisional. Ikan yang telah dipindahkan dari freezer kapal ke dalam blong (semacam ember), diperosotkan di atas sebilah papan. Pangkal dari papan tersebut menempel pada sisi kapal, sedangkan ujung papan menempel pada dermaga tempat pelelangan ikan (TPI) Karangsong.

Ikan-ikan itu ditangkap dari berbagai perairan di Indonesia, seperti perairan Laut Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga Papua. Ikan tersebut selanjutnya dilelang di TPI yang dikelola Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra. Aroma ikan yang menyeruak di udara pun bercampur dengan kesibukan ABK maupun pekerja yang sibuk hilir mudik mengangkut ikan.

Sementara di sisi muara yang lain, sejumlah ABK dari kapal yang telah lebih dulu bersandar, tampak duduk terpekur memperbaiki jaring penangkap ikan. Setelah digunakan selama berbulan-bulan menangkap ikan di laut, sering kali jaring mengalami kerusakan. Dengan menggunakan alat bernama coban, mereka merapatkan kembali satu per satu lubang yang terdapat pada jaring ikan tersebut. 

"Jaring ini akan kami gunakan kembali saat berangkat melaut. Mungkin sekitar minggu depan,’’ ujar salah seorang nelayan yang menjadi ABK Kapal Motor (KM) Mulia Hati 4, Subandi (41 tahun) kepada Republika.co.id.

Subandi baru pulang melaut dari perairan Papua pada pertengahan November 2021. Bersama 14 ABK lainnya dan seorang nakhoda, dia melaut dengan kapal berbobot 89 GT itu selama lebih dari empat bulan.

Selama berbulan-bulan di tengah lautan, Subandi dan rekan-rekannya menghadapi risiko pekerjaan yang berat. Salah satunya ancaman gelombang tinggi yang bisa membahayakan pelayaran maupun aktivitas penangkapan ikan.

Namun, Subandi mengaku merasa tenang karena juragan kapalnya mendaftarkannya menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Dengan program jaminan sosial tersebut, dirinya maupun keluarganya bisa terbantu jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang menimpanya.

"Ya, sebenarnya ada rasa takut, namanya juga kerja berbulan-bulan di laut. Tapi, dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, saya merasa lebih tenang,’’ kata ayah beranak dua tersebut. Kedua anaknya kini masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar (SD) dan taman kanak-kanak (TK).

Hal senada diungkapkan nelayan lainnya yang juga menjadi ABK KM Mulia Hati, Jaya (45). Meski selalu berharap selamat dan sehat selama berlayar, dia menyadari besarnya risiko yang harus dihadapinya di tengah lautan.

"Kerja di laut risikonya banyak,’’ tutur nelayan asal Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu tersebut.

Jaya pun sangat berterima kasih kepada juragan kapalnya yang telah mendaftarkannya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dia mengaku lebih tenang dalam bekerja dengan adanya berbagai jaminan yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan.

Juragan atau pemilik kapal KM Mulia Hati, H Robani Hendra Permana, menyatakan, telah mendaftarkan semua nelayan yang menjadi ABK maupun nakhoda kapalnya ke BPJS Ketenagakerjaan. Ada tujuh kapal yang dimilikinya, dengan jumlah awak kapal rata-rata 15-17 orang per kapal. 

"Setiap kapal mau berangkat melaut, saya daftarkan semua ABK maupun nakhodanya ke BPJS Ketenagakerjaan,’’ ujar Robani.

Robani menyebutkan, telah mengikutsertakan semua awak kapalnya dalam program BPJS Ketenagakerjaan sejak dua tahun lalu. Hal itu sebagai upaya perlindungan terhadap mereka.

"Kita tidak tahu apa yang terjadi pada mereka selama berbulan-bulan di laut, dengan risiko bekerja di atas kapal,’’ kata Robani.

Robani menjelaskan, para awak kapalnya menghadapi gelombang, angin ataupun cuaca yang tak menentu di lautan. Hal itu menjadi risiko yang harus mereka hadapi saat mencari ikan di lautan.

"Untuk itu kita berikan perhatian pada mereka dengan mendaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan. Insyaallah, mereka aman, dan kita selalu berdoa mereka tetap sehat dan selamat. Jika pun terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mereka sudah terkover jaminan sosial,’’ tukas Robani.

Robani menyebutkan, program BPJS Ketenagakerjaan yang diikuti para ABK-nya itu berupa jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, maupun jaminan hari tua. Program itulah yang disediakan BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja informal yang masuk golongan bukan penerima upah (BPU).

Sementara itu, langkah serupa juga dilakukan seorang pemilik kapal lainnya, H Maman. Dia pun telah mengikutsertakan para ABK di semua kapalnya ke BPJS Ketenagakerjaan sejak 2019. Ada 18 kapal yang dimilikinya, dengan jumlah ABK rata-rata 15 orang per kapal. "Saya yang daftarkan mereka,’’ cetus Maman.

Selain bentuk dukungan pada program pemerintah, keikutsertaan dalam BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi upaya Maman untuk melindungi para ABK-nya. Pasalnya, para ABK-nya menghadapi risiko yang besar saat melaut.

Maman menuturkan, sebelum mengikuti BPJS Ketenagakerjaan atau tepatnya pada 2015, pernah ada dua orang ABK-nya yang meninggal dunia. Dia pun memberikan santunan kepada keluarga mereka dari uang pribadinya.

"Meski sekarang ada BPJS Ketenagakerjaan, saya selalu berharap agar mereka semua sehat dan selamat, tidak mengalami kecelakaan atau hal buruk apa pun,’’ tukas Maman.

Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Indramayu, Muhammad Imam Taufik, mengungkapkan, pihaknya terus mensosialisasikan agar seluruh nelayan di Kabupaten Indramayu bisa menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Untuk itu, dia bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan setempat secara rutin melakukan sosialisasi ke TPI-TPI yang ada di Kabupaten Indramayu. "Cara itu cukup efektif,’’ cetus Imam.

Imam menyebutkan, jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Indramayu mencapai 32.956 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 17 ribu orang pekerja formal, 9.300 pekerja informal dan 6.600 jasa konstruksi.

Dari 9.300 pekerja informal yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, sekitar 4 ribu orang di antaranya merupakan nelayan. Selain nelayan, ada pula pedagang pasar, petani, tukang ojek, dan pekerja sektor informal lainnya.

Direktur Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, Zainudin, menegaskan, BPJS Ketenagakerjaan, atau yang kini disebut BP Jamsostek, merupakan program perlindungan terhadap pekerja yang dihadirkan oleh negara. Tak hanya pekerja di sektor formal, namun juga pekerja sektor informal.

Namun, Zainudin mengakui, program BPJS Ketenagakerjaan selama ini banyak yang belum tersampaikan pada masyarakat yang bekerja di sektor informal. Untuk itu, sosialisasi terus digencarkan sebagai bagian dari upaya mengenalkan program tersebut.

"Yang paling banyak belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah pekerja informal dan UKM. Untuk itulah kita terus sosialisasi,’’ kata Zainudin.

Zainudin menyebutkan, jumlah total peserta BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia saat ini ada 52 juta peserta. Dari jumlah tersebut, yang masih aktif ada 31,6 juta peserta.

Untuk sektor formal, dari 40 juta pekerja, tercatat ada 40 persen di antaranya yang sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Sementara untuk pekerja informal, dari 70 juta orang, baru tujuh persen yang menjadi peserta.

"Saya minta pada kawan-kawan saya, ayo berkeringat, kita datangi pasar, nelayan, petani dan tempat lainnya untuk memastikan perlindungan negara itu hadir," kataZainudin, dalam acara sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan, di Islamic Center Indramayu, Ahad (28/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement