REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Harga minyak goreng di pasar tradisional di Kota Cirebon, Jawa Barat, masih selangit. Pedagang gorengan pun dilema karena susah menaikkan harga jual dagangan mereka.
Salah seorang pedagang gorengan di Kota Cirebon, Surti, menyebutkan, harga minyak goreng di pasar tradisional saat ini mencapai Rp 20 ribu per liter. Harga itu dinilainya sangat mahal dibandingkan sebelumnya.
"Sekarang minyak goreng yang kemasan maupun yang curah, sama saja, Rp 20 ribu per liter," ujar Surti, Rabu (5/1).
Surti mengatakan, dengan modal yang lebih besar untuk membeli minyak goreng, dia tidak bisa menaikkan harga jual dagangannya. Selain itu, dia juga tak mungkin memperkecil ukuran gorengannya.
"Nanti pembeli pasti protes," Surti.
Selain minyak goreng yang mahal, Surti juga terbebani dengan mahalnya harga cabai. Seperti cabai rawit merah, yang harganya masih Rp 100 ribu per kilogram dan harga cabai rawit hijau Rp 60 ribu per kilogram.
Hal senada diungkapkan pedagang gorengan lainnya, Siti. Dia pun mengaku sangat keberatan dengan tingginya harga minyak goreng.
"Kalau ukuran gorengan dikecilin, pembeli pada protes," ungkap perempuan yang berjualan di lingkungan perkantoran di Kota Cirebon itu.
Sementara itu, untuk menstabilkan harga pangan termasuk minyak goreng, Pemkot Cirebon akan menyiapkan operasi pasar.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon selaku Ketua Pelaksana Harian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon, Agus Mulyadi, menjelaskan, komoditas pangan yang mengalami kenaikan di antaranya adalah daging ayam ras, telur, cabai rawit, cabai merah dan minyak goreng.
"Kita akan pantau. Jika terus naik, kita segera lakukan operasi pasar," kata Agus.
Hal senada diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon, Bakti Artanta. Dia menyebutkan, ada lima komoditas pangan yang mengalami kenaikan pada Desember 2021. Yakni, daging ayam res, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit dan minyak goreng.
Bakti mengatakan, TPID Kota Cirebon akan terus memantau perkembangan harga komoditas pangan tersebut. Survei dan monitoring pun akan diintensifkan pada minggu pertama dan kedua Januari. Jika masih terus naik, maka operasi pasar akan digelar.
"Itu langkah TPID untuk menstabilkan harga," kata Bakti.