REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Berbicara urusan pendidikan dan vaksinasi Covid-19 di Provinsi Jabar, tentu tidak akan luput dari sosok Dedi Supandi. Pria kelahiran Kabupaten Majalengka itu, kini mengemban jabatan sebagai kepala Dinas Pendidikan Jabar dan ketua Divisi Percepatan Vaksinasi Covid-19 Jabar.
Di luar tugas negaranya itu, Dedi memiliki aktivitas lain yang berkaitan dengan hobinya, yaitu sebagai bikers. Tidak hanya sebagai bikers biasa, Dedi juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum Organisasi Motor Bersatu dan Kompak (Omberko) Jawa Barat.
Di Omberko Jabar, Dedi membawahi 11.619 anggota yang tersebar di setiap kabupaten dan kota. ‘’Motor memiliki arti mendalam, sebagai upaya untuk mengajak orang turut serta dalam organisasi yang memiliki resonansi kebaikan,’’ ujar Dedi.
Dideklarasikan pada 10 Juli 2021 di Kabupaten Bogor, struktur kepengurusan Omberko disahkan dalam pelantikan yang dilaksanakan pada 23 Oktober 2021. Omberko di setiap wilayah memiliki kekhasan jargon.
Misalnya di Kota dan Kabupaten Sukabumi, jargonnya 'Soekabumi Brainerhood' yang memiliki arti persaudaran pemikir cerdas. Di wilayah Bogor, 'Sawala Niti Wiyata' memiliki arti wadah berdiskusi bidang pendidikan.
Untuk jenis motor peserta Omberko sangat beragam. ‘’Tidak ada jenis motor tertentu untuk bisa menjadi bagian dari organisasi bermotor kami,’’ katanya.
Sebagai salah satu penggagas Omberko, Dedi bercerita awal mula didirikan klub roda dua tersebut, yaitu niat untuk menyatukan persaudaraan. Atalia Praratya Ridwan Kamil merupakan salah satu pendiri Omberko.
Selain mempererat persaudaraan, Omberko juga turut mendorong potensi yang ada di Jawa Barat. Semisal, ungkap Dedi, dengan ikut mempopulerkan tempat wisata yang ada di Jawa Barat. Jadi, anggota Omberko tidak hanya yang berkecimpung di dunia pendidikan.
Hobi Bermotor Sejak SMP
Berkendara menggunakan roda dua memang menjadi hobi Dedi Supandi di sela waktu kosongnya sebagai Kadisdik Jabar. Bahkan, pria kelahiran 12 Juni 1976 itu akrab dengan motor sejak masih duduk di bangku SMP Negeri 1 Raja Galuh Majalengka, pada 1989-1992.
Lantaran jarak rumah menuju sekolah cukup jauh, maka setiap hari Dedi harus diantar oleh koleganya dengan menggunakan sepeda motor, agar tidak telat masuk sekolah. ‘’Jika menggunakan kendaraan umum ke sekolah itu jauh, rumah saya di Kampung Pasir Desa Kumbung, dan sekolah SMP ada di kota,’’ kenang Dedi.
Saat sekolah di SMA Negeri 1 Majalengka pada 1992-1995, jarak rumah menuju sekolah semakin jauh. Ketika itu, Dedi mulai menggunakan motor sendiri yang dibelinya dari hasil menabung.
‘’Motor pertama saya itu Honda GL-Pro. Waktu itu harganya sekitar Rp 4,2 juta, saya masih ingat harganya,’’ katanya. Mulai saat itu, Dedi kian sering menggunakan motor tidak hanya untuk pergi ke sekolah, tetapi ke setiap tujuan.
Kala itu, Dedi pernah bergabung dengan kelompok hobi motor, baik untuk bersama-sama menjajal aspal jalan raya atau sekadar memodifikasi kendaraannya. ‘’Bukan geng motor ya," ucapnya.
Sebagai Pradana Pramuka, saat itu Dedi Supandi kerap mencari lokasi titik kemah yang cukup jauh dari pemukiman dengan menggunakan sepeda motor. Suatu waktu pernah ada kejadian yang sulit dilupakan.
Di saat menemukan titik kemah untuk para anggota pramuka, Dedi bersama kawannya melihat ada bentangan tali jebakan di area hutan bambu. Tepatnya di Daerah Talaga ke Arah Maja. ‘’Dari sekitar 50 meter saya melihat ada bentangan tali, dan tiba-tiba muncul orang orang yang membawa senjata tajam dari balik pohon,’’ tuturnya.
Melihat gelagat membahayakan itu, Dedi meminta temannya untuk berhenti dan memutar arah. Hikmah yang bisa dibagikan kepada para biker, yakni berhati-hatilah jika berkendara di malam hari, khususnya di daerah rawan begal. Ada baiknya berkendara lebih dari satu motor jika melaju malam hari di daerah rawan begal.