Jumat 28 Jan 2022 20:53 WIB

Puluhan Santri di Satu Pesantren Tasikmalaya Positif DBD

Masyarakat umumnya masih berperilaku tak bersih.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Seorang anak penderita demam berdarah dangue (DBD) sedang dirawat. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Seorang anak penderita demam berdarah dangue (DBD) sedang dirawat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan santri di sebuah pesantren di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, positif demam berdarah dengue (DBD). Para santri itu langsung mendapatkan penanganan oleh puskesmas setempat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, setidaknya terdapat 33 santri yang positif DBD di pesantren itu. Para santri itu disebut telah dikembalikan kepada keluarganya masing-masing usai positif DBD oleh pihak pesantren.

"Kondisi santrinya terakhir sudah membaik semuanya," kata dia, Jumat (28/1/2022).

Kendati puluhan santrinya positif DBD, aktivitas di pesantren itu tetap berjalan. Santri yang sehat tetap melakukan kegiatan belajar mengajar di pesantren tersebut.

Kepala Puskesmas Sambongpari, Kecamatan Mangkubumi, Ika Sulistiawati, mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di pesantren tersebut. Saat diperiksa, memang ditemukan jentik nyamuk di pesantren tersebut.

Dia menjelaskan, di pesantren itu terdapat beberapa toilet yang tidak digunakan. Di tempat itu ditemukan banyak jentik nyamuk. "Banyak ditemukan jentik nyamuk di sana," kata dia.

Setelah melakukan PE, Ika mengatakan, pihaknya memberikan edukasi kepada pengurus pesantren agar rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Apalagi saat ini masih masuk ke dalam musim hujan. 

Ihwal penanganan santri yang positif DBD, dia menyebutkan, sudah dikembalikan ke keluarganya masing-masing. Sebab, rata-rata santri yang positif bukan warga Kelurahan Sambongpari. 

"Di puskesmas juga tidak ada dirawat, tapi ada yang dirujuk ke rumah sakit," kata dia.

Ika menjelaskan, pada dasarnya DBD merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mudah dan murah, yaitu dengan cara konsisten membersihkan lingkungan. Namun, masyarakat umumnya masih berperilaku tak bersih. Buktinya, Kelurahan Sambongpari menjadi salah satu wilayah endemik DBD di Kota Tasikmalaya.

"Kami selalu melakukan penyuluhan ke masyarakat, baik ke posyandu dan sekolah," kata dia.

Terkait penanganannya, pihak puskesmas sudah memiliki alat tes cepat NS1 untuk mendeteksi DBD. Apabila terdapat pasien yang mengeluh demam sudah satu atau dua hari, petugas puskesmas akan melakukan tes cepat. "Jadi bisa langsung ditangani," kata dia.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement